Jakarta,ruangenergi.com- Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan yang paling strategis untuk diajak oleh Chevron Indonesia untuk kembangkan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) adalah menggandeng ENI Indonesia.
Namun, jika ENI masuk ke IDD maka jadwal produksi IDD akan terganggu karena ENI akan lebih mendahulukan produksi gas Lapangan Jangkrik.
“Paling strategis joint nya ke ENI, tapi kalau ENI berarti IDD akan mundur. ENI pasti akan mengoptimalkan FPU Jangkriknya. Jadi dia akan dibikin berurutan. Kalau Marakes sudah nanti Maha, kalau Maha sudah baru IDD masuk, kalau skenario itu di ENI begitu ya.Ini kita berandai-andai saja. Tapi kalau ada pihak lain mungkin bisa jalan pararel lebih cepat,” kata Dwi Soetjipto menjawab pertanyaan wartawan ketika Konferensi Pers Capaian Triwulan I Tahun 2022, pada 22 April lalu, di Jakarta.
Untuk project IDD ini,lanjut Dwi, kita masih terus berandai-andai. Memang ada beberapa pihak yang berminat, langsung SKK Migas teruskan ke Chevron.
“Kalau saat ini kita belum dapat, kita lihat nanti perkembangannya karena kalau dia (partner Chevron di IDD) pasti butuh 4-5 tahun sampai onstreamnya. Jadi kalau di 2027 kita perhitungkan bergeser nanti. Chevron sudah berkali-kali kita (SKK Migas) kirim surat karena kita minta juga kita tidak mau terus tergantung,” ucap Dwi waktu itu.
Dalam catatan ruangenergi.com,Proyek IDD tahap dua direncanakan memiliki kapasitas terpasang sebesar 1,1 miliar kaki kubik gas alam dan 47 ribu barel kondensat per hari.Saat ini kepemilikan saham Chevron pada proyek IDD sebesar 63 persen. Sisanya, dikuasai mitra usaha seperti Eni, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan Mitra Muara Bakau.