Optimisme industri migas di 2021

Ekonomi Global Diprediksi Membaik, Harga Minyak Mendekati Tingkat Sebelum Pandemi

Jakarta, Ruangenergi.com Menteri Keuangan Republik Indonesia, (Menkeu), Sri Mulyani, mengungkapkan bahwa dengan mempertimbangkan berbagai dinamika, risiko ketidakpastian, potensi pemulihan ekonomi global dan nasional di tahun depan, serta dengan catatan bahwa Covid-19 dapat terus dikendalikan dan fungsi intermediary perbankan dapat kembali pulih.

Hal tersebut dikatakan dalam di depan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Kamis, (20/05/2021).

Selain itu, lanjut, Menkeu, langkah tersebut didukung juga oleh kebijakan moneter Bank Indonesia dan kebijakan sektor keuangan OJK yang kondusif.

Untuk itu, Pemerintah mengusulkan kisaran indikator ekonomi makro untuk penyusunan RAPBN 2022 adalah sebagai berikut : pertumbuhan ekonomi 5,2 – 5,8%; inflasi 2,0 – 4,0%; tingkat suku bunga SUN 10 Tahun 6,32 – 7,27%; nilai tukar Rupiah Rp13.900,00 – Rp15.000,00 per US$; harga minyak mentah Indonesia US$55 – 65 per barel; lifting minyak bumi 686 – 726 ribu barel per hari; dan lifting gas bumi 1.031 – 1.103 ribu barel setara minyak per hari.

Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2022, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menjelaskan bahwa, harga minyak melanjutkan kecenderungan meningkat di awal 2021 seiring dengan permintaan yang mulai meningkat karena perekonomian global yang diprediksi semakin membaik.

Dalam tiga bulan pertama, harga cenderung meningkat pada kisaran rata-rata US$60 per barel, Meskipun begitu, risiko tekanan terhadap harga masih tetap membayangi seiring dinamika pandemi Covid-19 secara global yang masih berpotensi menunjukkan adanya gelombang baru.

Di sisi lain, OPEC+ masih melanjutkan kesepakatan pemotongan produksi minyak mentah hingga April 2021 meskipun harga sudah mencapai kisaran US$60/barel, hampir mendekati tingkat harga sebelum masa pandemi.

Kemudian, setelah periode April, OPEC+ berencana melakukan pertemuan kembali untuk memutuskan bersama strategi pengaturan produksi di tengah kondisi harga yang mulai membaik namun dibayangi risiko akibat pandemi yang masih berlangsung.

Dengan mengikuti perkembangan harga minyak mentah dunia, pergerakan ICP juga mengalami peningkatan sepanjang semester II 2020 dan terus berlanjut hingga awal tahun 2021. Mengikuti perkembangan harga Brent, ICP berada di kisaran US$63,5 per barel pada Maret 2021.

Menurutnya, harga masih diperkirakan meningkat secara bertahap seiring ekspektasi meredanya wabah sehingga permintaan minyak secara global mulai membaik meskipun masih di bawah tingkat sebelum pandemi. Dengan mempertimbangkan faktor faktor tersebut, ICP diperkirakan berada di tingkat US$55 per barel pada 2021.

Ia melanjutkan kembali, harga minyak mentah dunia diperkirakan terus mengalami peningkatan seiring sinyal positif dari perkiraan perekonomian global yang membaik. Permintaan minyak akan naik seiring kembali pulihnya aktivitas perhubungan serta perdagangan dan industri secara global.

Data lifting migas

Tingkat permintaan pada 2022 diperkirakan meningkat hingga level yang sama dengan sebelum masa pandemi. Hal ini menjadi sentimen positif bagi perkembangan harga minyak ke depan yang bergerak pada kisaran US$50-65 per barel. Di sisi lain, perkembangan pandemi juga masih menjadi faktor penting yang harus tetap diwaspadai meskipun proses vaksinasi telah berjalan masif secara global.

Meskipun begitu, OPEC+ dinilai akan lebih responsif dalam menjaga harga melalui kesepakatan dalam pengaturan produksi ke depan. Faktor berkembang pesatnya penggunaan energi alternatif juga akan menjadi faktor penahan peningkatan harga yang tinggi di masa recovery.

Mulai beralihnya penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan akan menekan perkembangan permintaan minyak mentah ke depan. Selain faktor fundamental, konflik geopolitik juga masih menjadi faktor yang dapat berdampak pada perkembangan harga minyak. Mempertimbangkan faktor faktor tersebut, ICP diperkirakan bergerak pada kisaran US$55-65/barel pada 2022.

Lifting Minyak dan Gas Bumi

Kinerja lifting migas di tahun 2021 diperkirakan masih menghadapi tekanan dan risiko penurunan akibat permasalahan fundamental penurunan alamiah pada sumber produksi utama dan dampak pandemi Covid-19.

Meski demikian harga minyak global yang kembali meningkat di tahun 2021 menjadi sinyal positif pemulihan ekonomi dan peningkatan aktivitas hulu migas. Peningkatan harga minyak diharapkan menjadi momentum peningkatan aktivitas proyek hulu migas yang sedang dikembangkan dan diharapkan dapat berdampak positif pada kinerja lifting migas.

Data SKK Migas 2021

Pemerintah akan terus mendorong pelaksanaan program rutin KKKS sesuai dengan komitmennya dalam Work Program and Budget (WP&B). Di tahun 2021, pemerintah dan KKKS telah menyepakati pengeboran sebanyak 616 surmur atau dua kali lipat dari realisasi pengeboran di tahun 2020.

Selain itu, pengeboran upaya perawatan dan kerja ulang sumur juga dilakukan untuk menjaga level produksi di lapangan eksisting tidak mengalami penurunan.

Lebih lanjut, 14 proyek hulu migas juga diperkirakan akan on stream dan menjadi tambahan lifting migas nasional di tahun 2021 dan 2022, diantaranya proyek Jambaran Tiung Biru (JTB), proyek LNG Tangguh Train-3, Proyek KLD, serta Pengembangan Lapangan Sidayu dan West Pangkah, Mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, lifting minyak dan gas bumi diperkirakan sesuai dengan asumsi APBN 2021, yaitu masing-masing sebesar 705 ribu BPH dan 1.007 ribu BSMPH.

Di tahun 2022, upaya peningkatan kinerja hulu migas terus diupayakan dengan berbagai kebijakan sebagai rangkaian dari upaya transformasi menuju pencapaian 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari di tahun 2030. Berbagai upaya terus dilakukan guna mendorong sektor hulu migas untuk dapat kembali meningkatkan level produksinya. Program kerja utama yang mencakup pengeboran, kerja ulang, perawatan sumur serta opimalisasi fasilitas produksi akan terus dilaksanakan.

Pemanfaatan teknologi produksi seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) juga akan terus didorong dalam rangka menahan tingkat penurunan alamiah lapangan migas nasional. Di samping itu, percepatan plan of development dan komersialisasi proyek-proyek utama juga diharapkan dapat mengubah cadangan sumberdaya yang ada menjadi tambahan produksi dan lifting produksi, seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) juga akan terus didorong dalam rangka menahan tingkat penurunan alamiah lapangan migas nasional.

Di samping itu, percepatan plan of development dan komersialisasi proyek proyek utama juga diharapkan dapat mengubah cadangan sumberdaya yang ada menjadi tambahan produksi dan lifting.

Dari sisi permintaan, pemulihan ekonomi yang diikuti kenaikan kebutuhan energi juga diprediksi akan meningkat sejalan dengan kembali normalnya aktivitas ekonomi yang mendorong penggunaan moda transportasi dan penyerapan gas oleh sektor industri. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, lifting minyak dan gas bumi di 2022 diperkirakan masing-masing berada pada kisaran 686-726 ribu BPH dan 1.031 1.103 ribu BSMPH.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *