Energi Dari Air Yang Dianggap Sebagai Raksasa Terlupakan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.comKetua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma, mengungkapkan bahwa baru saja International Energy Agency (IEA) me-release sebuah pandangan yang mengejutkan.

“Katanya ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang memiliki potensi luar biasa dan dianggap sebagai raksasa yang terlupakan, “forgotten giant” dari listrik rendah karbon,” terang Surya kepada Ruangenergi.com, (03/07).

Ia menambahkan, pasalnya selama ini potensi listrik tenaga air diperdebatkan apakah masuk energi terbarukan atau tidak.

Hal ini disebabkan karena dalam konvensi secara international, energi hidro yang masuk dalam energi terbarukan adalah yang berkapasitas lebih kecil dari 10 Megawatt (MW).

“Sedangkan hidro dengan kapasitas diatas 10 MW tidak diklasifikasikan sebagai energi terbarukan, hal itu disebabkan karena proses untuk pembangunannya selama ini yang dianggap tidak ramah terhadap lingkungan dan mengganggu kehidupan sosial dan budaya. Bahkan dicap mengganggu kelestarian alam, oleh sebab itu dianggap tidak berkelanjutan,” imbuhnya.

Sedangkan dari sisi lain, lanjutnya, pembangkit dari PLTA adalah termasuk yang sangat rendah karbon. Karena itu, sejalan dengan perkembangan saat ini sebagai upaya dunia untuk menahan laju peningkatan temperatur bumi tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius, maka berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan.

“Karena itu, hidro pun masuk dalam target peningkatan pemanfaatan dibandingkan energi fosil yang banyak mengemisis karbon yang berdampak pada perubahan iklim. Walaupun dalam target untuk memenuhi net zero emission itu akan lebih banyak dipenuhi oleh energi terbarukan yang mencapai sekitar 90% dari total kebutuhan energi di dunia. Energi matahari dan angin akan berkontribusi sekitar 70%. Sedangkan sisanya 20% merupakan kontribusi dari hidro, bioenergi, panas bumi, dan energi terbarukan lainnya,” ungkap Surya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, untuk itu, upaya memenuhi kontribusi energi terbarukan termasuk hidro akan dioptimalisasikan. Terlihat di depan mata ada hidro yang paling banyak dimiliki oleh berbagai negara, walaupun ke depan akan menjadi faktor kritis dalam memenuhi kehidupan masa depan.

“Air adalah bagian dari target dunia yang harus diantisipasi di masa depan selain energi dan pangan, yang lebih dikenal dengan FEW (food, energy water). Namun sejalan dengan upaya mengembangkan air menjadi energi akan membutuhkan dukungan kebijakan besar untuk membantu mempercepat perluasan pemanfaatan tenaga surya dan angin,” paparnya.

Menurutnya, tenaga air saat ini mampu memenuhi seper-enam dari pembangkit listrik global dan merupakan satu-satunya sumber energi rendah karbon terbesar yang ada saat ini, bahkan lebih besar dari dari gabungan semua energi terbarukan lainnya sebagaimana yang diperkiraan IEA.

“Indonesia sendiri memiliki sumber tenaga air yang cukup besar yaitu sekitar 75 Gigawatt (GW) terpencar diseluruh pelosok negeri. Yang terbesar ada di Papua dan Kalimantan, baru di Sumatera dan Sulawesi. Banyak juga di pulau Jawa dan pulau-pulau kecil lainnya di Indonesia bagian timur,” bebernya.

Namun demikian, selama ini kendalanya adalah lokasinya yang terpencil, tidak dekat dengan kawasan kebutuhan energi termasuk daerah pertumbuhan ekonomi dan industri. Karena itu pula, dalam program yang sudah dtuangkan di Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemanfaatan tenaga air, termasuk yang terbesar dibandingkan energi terbarukan lainnya.

Walaupun ke depan, Indonesia juga sudah harus berpikir untuk meningkatkan pemanfatan energi matahari harus lebih besar dari energi terbarukan lainnya. Guna memanfaatkan tenaga air, papar Surya, memang diperlukan adanya satu kebijakan khusus yang sudah sangat sering didiskusikan saat ini yaitu REBED dan REBID.

“REBED adalah membangun kawasan eknomi yang berbasis lokasi energi terbarukan. Demikian juga REBID, yang akan membangun kawasan industri yang juga berbasis lokasi energi terbarukan,” tuturnya.

Saat ini, kata Surya, sedang diupayakan sebuah kawasan industri terpadu yang dilakukan di Kalimantan Utara oleh Kayak Energy yang akan membangun kawasan industri menggunakan energi air di sungai Kayak, Kalimantan Utara.

Tentunya hal ini bisa jadi model ke depan, masih banyak lagi yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan khususnya air.

“Tumbuhnya kawasan industri dan kawasan ekonomi diharapkan akan dapat menjadi pendorong pemulihan ekonomi pasca Covid-19 terutama akan dapat menampung tenaga kerja yang cukup baik selama masa pembangunan, kontruksi dan masa operasi PLTA nantinya,” tutupnya.