Jakarta, Ruangenergi.com – Energy security Indonesia ternyata masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Malaysia. Pasalnya Indonesia saat ini berada di peringkat 58 sementara Malaysia berada diurutan 25. Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, hal ini menjadi PR yang harus diperbaiki oleh semua pemangku kepentingan terkait ketahanan energi.
“Kalau bicara soal energy security kita memang sangat di bawah Malaysia terutama terkait dengan implentasi sustainable dan energy equity. Memang ini menjadi PR yang harus diperbaiki oleh semua pemangku kepentingan untuk ketahanan energi kita. Ini berdasarkan rilis dari Energy Trilemma Index By World Energy Council,” ujar Mamit dalam webinar yang digelar Ruangenergi.com, Rabu (13/4/2022).
Menurut Mamit, ada beberapa persoalan serius yang dihadapi pemerintah dan pelaku industri migas nasional terutama terkait dengan pengelolaan energi yang masih parsial.
“Parahnya lagi dalam pengelolaannya belum benar-benar memperhatikan aspek lingkungan. Apalagi pengelolaan masih bersifat jangka pendek dan menengah dimana energi fosil masih dijadikan sebagai sumber utama devisa negara,” jelas Mamit.
Permasalahan lainnya, lanjut dia, adalah ketersediaan infrastruktur yang terbatas sehingga pemanfaatan energi tidak maksimal. Indonesia juga menjadi negara net importir sehingga masih sangat tergantung dengan kondisi pasar.
“Selain itu, terjadinya penurunan produksi migas (decline) di sumur-sumur eksplorasi milik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) juga menjadi masalah tersendiri,” tukasnya.
“Tidak hanya itu, meskipun potensi energi baru terbarukan sangat besar di Indonesia, namun harga pengembangan energi hijau ini cukup mahal sehingga pemanfaatannya juga masih sangat sedikit,” lanjut Mamit.
Alumnus Fakultas Tehnik Pertambangan Universitas Trisakti ini mengatakan, banyaknya tantangan yang dihadapi Indonesia terkait ketahanan energi nasional ini menuntut pemerintah untuk segera melakukan berbagai terobosan radikal.
“Ini penting dilakukan sehingga ketahanan energi nasional benar-benar terwujud. Apalagi hingga saat ini kita masih dihadapkan pada tantangan yang kompleks,” pungkasnya.(SF)