Jakarta,ruangenergi.com-Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai sangat tepat langkah yang diambil PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk memfokuskan produksi bauksit ke dalam negeri.
Kebutuhan utama di dalam negeri harus jadi fokus utama dan ekspor hanyalah bonus. Apalagi dengan tingkat produksi besar harus dioptimalisasi.
“Dalam negeri harus jadi fokus utama, ekspor itu bonus, apalagi dengan tingkat produksi besar harus ada dioptimalisasi,” kata Mamit Setiawan dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Sabtu (02/04/2022) di Jakarta.
Mamit mengingatkan,bukan hanya batubara butuh DMO (domestic market obligation) apalagi kalau pasar dalam negeri menerima maka mineral di Indonesia harus ada pengaturan yang jelas.
“Yang sulit itu kalau hilirisasi terjadi dan dalam negeri tidak bisa melakukan pengolahan, oleh karena itu pemerintah juga harus memastikan impor tidak masuk agar produk dalam negeri bisa terjaga. Kalau tidak dijaga, kasihan yang hilirisasi,” beber Mamit.
Terpisah, Direktur Utama Antam Nico Kanter mengatakan,Antam di tahun 2022 fokus pada penjualan bauksit ke dalam negeri namun tetap melakukan ekspor .
“Pada 2022, Antam fokus pada penjualan bauksit di dalam negeri selain juga memenuhi permintaan ekspor,” jelas Nico dalam keterangan persnya, Jumat (01/04/2022) di Jakarta.
Menurut Nico, perusahaan tetap optimistis komoditas bauksit masih sangat menjanjikan di pasar global. Antam akan senantiasa memaksimalkan kegiatan operasional dan berupaya memberikan kontribusi secara positif bagi Negara.
Nico menuturkan juga, terkait perluasan pasar, pada prinsipnya Antam terbuka atas segala kesempatan untuk dapat mengembangkan dan memperluas pasar komoditas inti termasuk bauksit. Antam sendiri senantiasa memperkuat portofolio bisnis Perusahaan melalui pengoptimalan potensi dan sumber daya yang dimiliki.
“Saat ini, Antam sedang menjajaki beberapa peluang bisnis dari hulu ke hilir di komoditas nikel, emas dan bauksit. Di hulu, saat ini Antam aktif melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah IUP Perusahaan serta tinjauan di beberapa daerah prospek,” jelas Nico.
Nico menjelaskan, terkait pengembangan komoditas bauksit, saat ini Antam bekerja sama dengan PT. INALUM (Persero) terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).
“Selain itu, PT ICA sebagai anak usaha kami juga akan meningkatkan produksi alumina sebagai bagian dari komitmen hilirisasi. Antam juga bekerjasama dengan beberapa smelter alumina dalam negeri dalam hal penjualan bijih bauksit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan serapan bauksit di pasar domestik,” jelas Nico.