Jakarta, Ruangenergi.com – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mendukung strategi Pertamina untuk terus mengimpor minyak, baik crude maupun produk di tengah harga minyak mentah yang sedang murah saat ini.
“Strategi yang diambil Pertamina sudah tepat dan merupakan hal terbaik yang bisa dilakukan saat ini, untuk menyiasati kondisi perekonomian global yang tengah direpotkan dengan adanya pandemic Covid-19,” kata Mamit saat dihibungi Ruangenergi.com di Jakarta, Rabu (08/4).
“Paling tidak mereka punya cadangan ketika harga nanti kembali mulai naik. Harapannya ke depan, jika kondisi covid-19 di Indonesia berlangsung cukup lama, Pertamina bisa menurunkan harga BBM ke depannya karena mereka beli saat harga murah,” tambah Mamit.
Menurut dia, langkah Pertamina yang memanfaatkan situasi pelemahan harga minyak dunia untuk memperkuat cadangan BBM Indonesia patut diapresiasi.
“Di sisi lain, Pertamina juga tetap mengutamakan penyerapan minyak mentah dari dalam negeri, baik yang didapatkan dari bagian pemerintah (government intake), anak perusahaan Pertamina dan pembelian bagian KKKS,” tukasnya.
Sebagaimana diketahui, hingga akhir Februari 2020, tercatat total minyak mentah domestik yang berhasil diserap dan diolah Pertamina di dalam negeri adalah sebesar 669 MBPD atau sekitar 92% dari produksi minyak mentah nasional.
“Sementara dengan adanya kebijakan impor besar-besaran pada saat harga minyak terkoreksi, tercatat pasokan untuk BBM untuk produk jenis gasoline yakni Premium, Pertalite, dan Pertamax, saat ini berada pada level aman di atas 22 hari. Bahkan untuk Pertamax Turbo, jumlah cadangan mencapai 42 hari dan Minyak Tanah mencapai 89 hari,” papar Mamit.
“Untuk produk jenis gasoil yakni Solar dan Dexlite, Pertamina mengklaim dapat memenuhi ketersediaan di atas 24 hari. Sedangkan untuk produk Pertamina Dex, secara nasional mampu mencukupi kebutuhan untuk 53 hari,” tambah Mamit.
Terkait rencana investasi Pertamina di sektor hulu yang tergolong cukup ‘jor-joran’, Mamit menilai sebaiknya hal itu bisa di reschdule dan dilakukan pada saat situasi global benar-benar kondusif.
Menurutnya, target peningkatan lifting minyak seperti yang diinginkan pemerintah sebesar 1 juta Bpod, masih bisa dikebut pada masa-masa yang akan datang. “Di tengah situasi yang tidak menentu saat ini, ada baiknya Pertamina lebih mengutamakan pemenuhan cadangan, sambil membenahi cash flow perusahaan agar lebih segar lagi,” paparnya.
Dengan kondisi saat ini, menurutnya Pertamina harus kembali melakukan review terkait dengan investasi di sektor hulu migas. Sepertinya rencana kerja dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama, termasuk Pertamina masih bisa dievaluasi oleh SKK Migas.
“Target lifting migas pun saya kira pemerintah sedang melakukan revisi. Untuk kegiatan explorasi, EOR maupun projectnya lain yang membutuhkan dana yang besar, secara otomatis pasti akan terganggu,” tutup Mamit.(SF)