Jakarta, ruangenergi.com- Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan dalam diskusi virtual ” Arah Baru Industri Migas : Ketahanan Energi Dengan Memaksimalkan Pemanfaatan Natural Gas dan LNG Dalam Negeri” menyatakan, dua proyek hulu minyak dan gas bumi (Migas) harus menjadi perhatian utama. Kedua proyek hulu migas tersebut merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan menjadi andalan Indonesia dalam penyediaan energi di masa depan.
“Dua proyek ini harus menjadi perhatian kita semua, karena proyek ini merupakan proyek strategis nasional,” kata Mamit Setiawan, Rabu(22/9/21)
Lebih lanjut Mamit menjelaskan, Pertama adalah proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) oleh Pertamina EP Cepu dan ini diperkirakan onstream akhir 2021 dengan produksi 182 MMSCFD. Nilai investasinya USD1,5 miliar. Yang kedua adalah proyek Tangguh Train III oleh BP Berau, ditargetkan onstream di 2022, dengan produksi 700 MMSCFD. Nilai investasinya USD 8 miliar.
“Pertanyaan saya, karena ini PSN, nanti siapa yang akan mengambil gas tersebut kalau infrastrukturnya tidak ada. Jangan sampai nanti proyek-proyek PSN ini seperti JTB, ternyata tidak ada yang membeli. Ataupun LNG ternyata karena pasar sedang ramai maka tidak ada yang membeli,” jelasnya
Untuk mengoptimalkan proyek strategis ini, menurut Mamit perlu ada regulasi sendiri dari pemerintah agar proyek ini benar-benar optimal, agar dua proyek migas ini ketika nanti on stream gas nya bisa di optimalisasi dan kita akan kehilangan potensi pendapatan.
” Potensi penerimaan negara dari lapangan Jambaran Tiung Biru diperkirakan mencapai USD3,61 miliar”, pungkas Mamit