Insiden Kebakaran Kilang Balongan

ESDM Tegaskan Akan Segera Audit Sistem Manajemen Keselamatan di RU VI Balongan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.comKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, kejadian kebakaran di Kilang Balongan milik PT Pertamina (Persero) merupakan kejadian besar pertama yang tercatat di Refinery Unit (RU) VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

Untuk itu, pihaknya akan mengirimkan tim investigasi ke lokasi untuk mengetahui penyebab utama terjadinya kebakaran pada salah satu tanki penyimpanan BBM di Kilang Balongan. Tanki tersebut yakni T-301G yang kemudian merembet hingga ke T-301E, T-301F, dan T-301H.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Migas Kementerian ESDM, Wakhid Hasyim, mengatakan, kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti sekarang ini memang masih ada. Maka dari itu, katanya, pemeriksaan keselamatan serta Audit Sistem Manajemen Keselamatan Migas oleh Ditjen Migas selaku regulator sebagai upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan harus terus dilakukan secara disiplin.

“Bahkan untuk RU VI Balongan yang telah memiliki sebesar 115 juta jam kerja aman dari sejak dibangun tahun 1994 sampai dengan tahun 2021 (27 tahun). Pencapaian tertinggi di industri migas. Kejadian kebakaran ini adalah kejadian besar pertama yang tercatat di RU VI Balongan,” ungkap Wakhid saat dihubungi Ruangenergi.com, (30/03).

Itulah sebab mengapa industri migas memiliki risiko yang sangat tinggi, sehingga fasilitas sarana dan prasarana harus dilakukan dengan sangat ketat.

“Industri Migas mempunyai sifat risiko tinggi, oleh sebab itu setiap sarana dan fasilitasnya wajib dilakukan Inspeksi dan Pemeriksaan Keselamatan serta Audit Sistem Manajemen Keselamatan Migas oleh Ditjen Migas selaku regulator sebagai upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan,” bebernya.

Ia mengungkapkan, RU VI Balongan dari aspek teknis dan keselamatan telah memiliki Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan (SKPP). Meski demikian, lanjutnya, kecelakaan dapat saja terjadi yang disebabkan oleh Unsafe Action atau Unsafe Condition.

“Pertamina secara berkala juga melakukan simulasi tanggap darurat jika terjadi kebakaran yang seperti ini dengan melibatkan banyak pihak terkait. Sehingga ketika terjadi kejadian seperti ini api dapat segera dikendalikan serta meminimalkan adanya korban jiwa,” urai Wakhid.

Lebih jauh ia mengatakan, untuk mengetahui penyebab utama secara pasti insiden tersebut, Ditjen Migas akan menurunkan Tim Investigasi yang terdiri dari Inspektur Migas dan Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM).

“Investigasi dilakukan secara independen dan profesional. Tujuan investigasi bukan untuk mencari siapa yang salah, namun mencari penyebabnya serta mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Tim tersebut akan terjun ke lapangan segera setelah kondisi dinyatakan aman, sehingga tidak mengganggu proses pemadaman,” tuturnya.

“Saat ini fokus kami adalah memastikan proses pemadaman kebakaran secepatnya, aman serta berjalan lancar,” tandasnya.

Secara terpisah, Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Susana Kurniasih, menyebut, insiden Kilang Balongan berdampak pada penghentian penyaluran gas dari ONWJ (Offshore North West Java) sebesar 10 mmscfd, yang biasanya digunakan untuk operasional Kilang.

“Dari koordinasi SKK Migas dengan Pertamina, penghentian pengaliran diperkirakan akan berlangsung selama 1 minggu,” katanya.

“Dari mitigasi yang kami lakukan, dampak kebakaran kilang Balongan tidak berdampak pada produksi minyak Indonesia, karena hulu migas memiliki tangki yang cukup untuk menampung produksi-produksi, sehingga berdasarkan perkiraan awal, hulu migas tidak terganggu,” sambung Susana.

Ia menuturkan, Pertamina juga telah menyampaikan bahwa minyak-minyak yang biasanya diolah di Balongan akan dialihkan ke kilang-kilang lain di Indonesia.

“Kita alihkan ke kilang lain yakni Cilacap, sebab selama ini Kilang Balongan menerima minyak dari beberapa lapangan di Indonesia, antara lain dari Jatibarang (PEP), Cinta (PHE ONWJ), Duri dan Minas (CPI), Banyu Urip (EMCL),” tandasnya.