Jakarta, Ruangenergi.com – PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 900 juta (Rp 12,6 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) hingga 2022 mendatang. Artinya belanja modal PTFI untuk tambang bawah tanah per tahun sebesar sekitar Rp 6,3 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi yang disampaikan Freeport-McMoRan, nilai capex tersebut merupakan kontribusi dari PT Inalum (Persero), yang mana saat ini mayoritas saham PTFI telah dimiliki oleh Inalum.
Sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku, biaya agregat sebelum kontribusi dari Inalum diharapkan capex senilai US$ 1,1 miliar per tahun pada 2021 dan 2022.
Untuk itu, PTFI terus meningkatkan kegiatan operasi di tambang bawah tanah Grasberg di Papua.
Perseroan telah menargetkan hingga beberapa tahun ke depan, tambang bawah tanah Grasberg menghasilkan produksi rata-rata 1,55 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas.
Pasalnya, di 2021, PTFI berharap agar produksinya mendekati angka 1,4 miliar pon tembaga dan 1,4 juta ons emas. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari hasil produksi Perseroan tahun 2020.
Freeport mengungkapkan penjualan tembaga dari PTFI di tahun 2020 mencapai 804 juta pon, naik 20,54 % dari penjualan tembaga 2019 yang hanya 667 juta pon.
Realisasi produksi tembaga tahun lalu juga tercatat lebih tinggi yakni 809 juta pon dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 607 juta pon, dengan harga rata-rata naik dari US$ 2,72 per pon menjadi US$ 3,08 per pon.