Jakarta, Ruangenergi.com – Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan, akan ada kesepakatan kerja sama antara Freeport Indonesia dengan Tsingshan Steel (perusahaan asal China) untuk membangun fasilitas pengolahan konsentrat tembaga di wilayah Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara.
Dalam Mining Forum Prospek Industri Minerba 2021, Luhut mengatakan, kerja sama tersebut akan ditandatangani pekan depan tepatnya tepatnya pada 31 Maret 2021.
“Mudah-mudahan minggu depan akan tanda tangan pembangunan smelter-nya. Nantinya, ada dua pabrik smelter yang terbangun di lokasi tersebut, satu untuk nikel dan satu tembaga,” ungkap Luhut, (23/03) lalu.
Luhut juga mengungkapkan, pembangunan fasilitas pengolahan tembaga itu akan dilakukan di lahan lahan seluas 12 ribu ha, dan semuanya terintegrasi menjadi satu.
Luhut kembali menjelaskan, kerja sama antara Freeport dengan Tsingshan tidak hanya berhenti pada pembangunan smelter, akan tetapi juga mendorong untuk melakukan pengembangan pada produk turunannya. Salah satunya yakni pembangunan smelter juga mendukung produksi baterai lithium untuk kendaraan listrik.
“China yang mau, dan dia nurut sama kita, sehingga kalau ini terjadi, sebagai bagian dari proses lithium battery yang akan kita rencanakan terjadi di tahun 2023,” jelasnya.
Diungkapkan olehnya, pembangunan smelter baru ini akan mengolah sekitar 2,4 juta ton konsentrat tembaga menjadi sekitar 600 ribu ton katoda tembaga.
Selanjutnya pada 1 April 2021 Freeport dan Pemerintah Indonesia akan menyepakati revisi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) mengenai ekspor konsentrat dan persyaratan pembangunan smelter.
Sebelum perjanjian kerja sama dilakukan, PTFI, MIND ID, dan pemerintah Indonesia akan mencapai kesepakatan dengan Tsingshan terkait usulan diskon 5% untuk konsentrat tembaga.
Tak hanya itu, Tsingshan dan PTFI juga akan menyepakati aspek komersial dari kontrak pasokan konsentrat seperti utang emas, biaya pengiriman, penalti impurity dan lainnya.
Selain itu, terkait rencana produsen mobil listrik untuk berinvestasi di Indonesia yakni Tesla Inc, Luhut mengatakan, Rencana investasi ini berkaitan dengan hilirisasi nikel terutama menjadi baterai.
“Hilirisasi nikel kerjasama pertambangan hingga hilir termasuk dengan Tesla kita ada progress, Saya kira gak terlalu lama kita akan dengar progress baik dengan Tesla,” imbuh Luhut.
Sebelumnya, Freeport yang rencana awalnya akan membangun pabrik pengolahannya di di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, yang nilai investasinya mencapai US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun.
Akan tetapi, pemerintah membuka opsi untuk membangun pabrik pemurnian di wilayah Maluku Utara, tepatnya di Weda Bay.
Direktur Utama Freeport Indonesia, Tony Wenas, menuturkan, pihaknya akan memilih opsi yang paling ekonomis untuk melakukan pembangunan smelter.
Ia mengaku biaya untuk membangun pabrik di Weda Bay sekitar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 25 triliun. Untuk itu, Perusahaan lebih memilih untuk melakukan pembangunan di wilayah timur Indonesia.
Hal tersebut, juga dikatakan, oleh, Direktur Utama Indonesia Asahan Aluminum alias Mining Industry Indonesia (MIND ID), Orias Petrus Moedak.
Ia sangat mendukung rencana Freeport untuk menggandeng Tsingshan Steel, dengan syarat biaya pembangunannya lebih kecil dibandingkan hitungan awal.
Meski diketahui, kata Orias, dari investasi sebesar US$ 3 miliar untuk membangun smelter di Gresik, MIND ID selaku induk usaha harus menanggung beban US$ 1,2 miliar hingga US$ 1,5 miliar.
“Jadi, kami mendukung (pembangunan smelter di Halmahera). Tapi saat ini semua masih dalam tahap awal pembicaraan,” beber Orias.