Jakarta, Ruangenergi.com – Guna menjawab tantangan bisnis di masa depan dengan energi yang lebih bersih, PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk terus mendorong proses transisi energi dari berbasis fosil ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Chief Executive Officer (CEO) Pertamina Subholding Power and New Renewable Energy (NRE), Heru Setiawan, mengungkapkan saat ini negara-negara di dunia telah bergerak menuju pemanfaatan energi bersih.
“Tren global sekarang ini adalah masyarakat mempunyai pilihan untuk beralih dari mengonsumsi energi berbasis fosil ke energi sesuai keinginan yakni energi bersih termasuk listrik,” ungkapnya kepada Ruangenergi.com, (07/12).
Dikatakan olehnya, berdasarkan rencana jangka panjang Pertamina, kebutuhan pendanaan untuk transisi energi mencapai sekitar US$ 18 miliar.
Selain pendanaan internal Pertamina, lanjutnya, pendanaan nantinya juga berasal dari eksternal seperti project financing, green bond, ecofinancing, dan equity dengan mengundang mitra.
Heru menjelaskan, saat ini ada beberapa faktor yang memicu percepatan proses transisi ke energi bersih. Pertama yakni pandemi Covid-19 yang membuat pengembangan EBT mendapat perhatian lebih.
Kemudian, katanya, faktor pemicu transisi energi lainnya adalah penurunan produksi migas nasional, isu lingkungan, neraca perdagangan, adanya peralihan pemanfaatan listrik seperti untuk kendaraan dan kompor, hingga sumber EBT di Indonesia yang melimpah.
“Faktor-faktor itulah yang mendorong Pertamina mempercepat transisi energi. Jadi, transisi energi ini didorong dari aspek suplai maupun demand-nya,” papar Heru.
Heru memaparkan, di usianya yang ke-63 tahun, Perseroan sudah melakukan insiatif transisi energi dengan mengembangkan energi baru terbarukan dengan target total kapasitas setara 15,5 giga watt (GW).
Beberapa proyek yang telah berjalan di antaranya proyek pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas 1.760 Megawatt (MW), Proyek pembangkit panas bumi, own operation dengan kapasitas terpasang 672 MW dan joint operation 1.205 MW.
Selain itu, kata Heru, bersama PT PN Group, Pertamina juga telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) berkapasitas masing-masing 1 MW dan bersiap mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Sei Mangkei, Sumatra Utara.
“Saat ini Pertamina juga sedang bersinergi dengan PT PLN dan Mind ID dalam rangka menyiapkan pengembangan baterai kendaraan listrik yang ditargetkan setara dengan kapasitas 5,1 GW,” jelas Heru.
Sementara, VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menambahkan, kehadiran Subholding Power dan NRE, mempertegas komitmen Pertamina dalam pengembangan energi bersih dan ramah lingkungan.
Ia mengatakan, dengan potensi sumber energi bersih yang berlimpah di Indonesia, ini menjadi peluang besar untuk mendukung kemandirian energi yang lebih bersih.
“Pertamina saat ini sedang bergerak untuk menerapkan ESG Framework secara komprehensif di perusahaan, agar dapat bertahan di tengah agilitas perubahan dan dinamika lingkungan bisnis, serta menciptakan bisnis yang sustainable dan meningkatkan enterprise value dari perusahaan,” tutur Fajriyah.
Guna memperkuat komitmen tersebut, Pertamina akan menggelar Pertamina Energy Webinar 2020 pada Selasa, 8 Desember 2020 mulai pukul 08.00 WIB dan dapat diakses melalui akun YouTube resmi Pertamina atau melalui link https://ptm.id/PertaminaEnergyWebinar2020
Di mana forum tersebut mengangkat tema “Energizing The Energy Transition”, tentunya ini akan memberikan gambaran tentang kondisi energi Indonesia di masa depan agar Indonesia dapat mempersiapkan diri menghadapi peluang dan tantangan di era energy transisi.
“Pada forum ini, kami berharap memperoleh insight mengenai perkembangan ESG di ranah global investment dan rating agency sehingga perusahaan dapat merumuskan strategi yang tepat dalam memformulasikan ESG Framework,” tandasnya.