Peta Indonesia

Geoscientist Berharap 128 Cekungan Sedimen Indonesia Dioptimasi, Pemerintah Hadir Dengan Strategi De-risking

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com-Indonesia memiliki 128 cekungan sedimen yang statusnya berbeda-beda.

Ada cekungan yang sudah banyak data dan terbukti terdapat migas melalui sumur pemboran eksplorasi bahkan sudah diproduksikan sebagai lapangan produksi. Ada pula cekungan yang datanya baru sedikit dan belum di eksplorasi.

Untuk memetakan potensi migas Indonesia, kita harus berdasarkan peta cekungan sedimen Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.

“Peta ini setiap tahun diupdate bersama badan geologi, DJ migas dan SKK Migas berdasarkan data-data baru. Warna-warna cekungan itu yang menunjukan apakah cekungan tersebut sudah ada lapangan yang ber-produksi, atau sudah ada discovery tapi belum ada lapangan yang ber-produksi atau bahkan cekungan yang masih kurang eksplorasi nya,” kata Geoscientist  Shinta Damayanti dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Jumat (02/12/2022) di Jakarta.

Shinta Damayanti

Shinta yang sudah malang melintang di otoritas migas Indonesia bercerita,cekungan produksi itu adalah cekungan dimana semua lapangan produksi saat ini berada. Tentunya secara sub-surface, cekungan ini resiko nya paling rendah, karena banyak data dan sudah terbukti terdapat Hidrokarbon yang dapat diproduksikan.

Tapi cekungan ini juga sudah lama dievaluasi dan 95% wilayah kerja migas berada di cekungan ini. Jadi sangat kecil kemungkinan untuk menemukan cadangan baru Hidrokarbon dengan skala besar. Semua yg besar sudah ketemu. Sehingga di cekungan ini strategi short term yang lebih berperan.

Cekungan dengan penemuan pada dasarnya sudah ada pemboran eksplorasi yang membuktikan terdapat Hidrokarbon, namun belum ada yg menjadi lapangan produksi. Strategi masive harus diterapkan di cekungan ini. Penemuan segera ditindak lanjut menjadi lapangan produksi. Dan WK-WKbaru juga harus bermunculan di cekungan ini, agar Penemuan yang ada bisa dilanjutkan dengan penemuan-penemuan lainnya.

Cekungan yang belum di eksplorasi merupakan cekungan yang datanya sangat sedikit, dan belum ada pemboran eksplorasi sama sekali.

“Pemerintah saat ini hadir dengan strategi de-risking , yaitu melakukan penambahan data regional untuk mengurangi resiko. Harapannya dengan resiko yang lebih rendah, investor akan masuk. Ketahanan energi Indonesia juga bergantung di cekungan ini, mengingat masih sangat besar kemungkinan ditemukannya cadangan-cadangan baru dengan skala besar,” jelas Shinta dengan penuh harap.