Geser Menggeser Gas WNTS ke Jawa Barat, Mungkinkah?

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) memproyeksikan bisa membanjiri gas dari Sumatera ke Jawa Barat, pasca kontrak gas dari West Natuna Transportation System (WNTS) tidak diteruskan karena berakhir masa kontraknya di tahun 2028.

WNTS menghubungkan lapangan gas di wilayah Natuna dengan Singapura, memasok sekitar 300-350 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD).

Ke depan, KESDM akan menggeser seluruh potensi gas tersebut dibawa dari Sumatera ke Jawa dengan membangun pipa gas dari Pulau Pemping dikoneksikan ke Batam, Kepulauan Riau.

Pulau Pemping adalah salah satu titik strategis di Kepulauan Riau yang berperan penting dalam infrastruktur gas Indonesia, terutama dalam hal distribusi gas ke Singapura. Gas yang disalurkan melalui Pulau Pemping berasal dari ladang gas di Kepulauan Natuna, seperti lapangan-lapangan gas di wilayah Blok Natuna Barat.

Pulau Pemping berfungsi sebagai titik transit dalam jaringan pipa gas West Natuna Transportation System (WNTS), yang mengalirkan gas dari ladang-ladang di Laut Natuna ke Singapura. Gas yang melewati Pulau Pemping diproses dan dikompresi sebelum dikirimkan melalui pipa bawah laut ke Singapura.

Secara umum, Pulau Pemping merupakan bagian dari sistem logistik energi yang penting untuk mendukung kebutuhan gas alam domestik Indonesia dan ekspor ke negara tetangga.

“Jikalau sudah terbangun pipa gas dari Pulau Pemping, maka gas WNTS digeser ke Batam, lanjut ke Jawa,” kata petinggi migas bercerita kepada ruangenergi.com, Rabu (11/09/2024), di Jakarta.

Dia menjelaskan, demand gas di Batam sekarang sudah mencapai angka 120 bbtud. Kalau Natuna masuk ke Batam, maka gas di Sumatera Selatan  bisa dikirim ke Jawa Barat.

“Bisa seperti, tergantung kemampuan pasok saat 2028 nanti. Saat ini kita belum tahu, setelah 2028 baru tahu berapa kemampuan pasoknya,” ungkapnya bercerita.