Adaro Energy

Harga Batubara Kian Menguat, Pengusaha Berharap Terus Terjadi Hingga Akhir Tahun

Jakarta, Ruangenergi.com Di tengah harga batubara yang sedang melambung tinggi mencapai US$ 130,99 per ton, pengusaha berharap harga tersebut terus mengalami kenaikan hingga akhir tahun bahkan berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, saat dihubungi Ruangenergi.com, Kamis, (05/08).

“Harapannya harga terus menguat hingga akhir tahun dan berlanjut ke tahun-tahun berikutnya,” jelas Hendra.

Meski demikian, akan tetapi pihaknya mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan melambungnya harga emas hitam tersebut adalah permintaan dari negara-negara yang masih menggunakan batubara meningkat.

“Proyeksi harga terus terang kami tidak bisa membuat proyeksi harga baik untuk short term maupun long-term, karena faktor-faktor pembentuk harga yang supply dan demand itu tak terkendali (uncontrolable). Misalnya hambatan supply beberapa bulan terakhir soal curah hujan yang tinggi di Kalimantan dan Sumatera, terus di Tiongkok juga yang menyebabkan pasokan batubara domestik di Tiongkok juga terhambat. Faktor-faktor itu diluar kendali manusia,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, pengusaha batubara juga berharap untuk penjualan dalam negeri mengikuti harga pasar.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan melambungnya harga batubara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di China yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batubara di negara tersebut.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menjelaskan, meningkatkan permintaan batubara di China, Jepang dan Korea Selatan, membuat harga batubara global melambung tinggi.

Sehingga Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Agustus 2021 dipatok sebesar US$ 130,99 per ton. Di mana angka tersebut merupakan yang tertinggi lebih dari 1 dekade terakhir.

“Kebutuhan batubara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batubara domestik negara tersebut,” kata Agung.

Menguatnya harga juga didorong meningkatnya permintaan batubara dari Jepang dan Korea Selatan yang menjadi faktor naiknya harga batubara global. Sebelumnya, pada Februari 2021 rekor HBA tertinggi dicatatkan sebesar USD127,05 per ton.

Sempat melandai pada Februari-April 2021, HBA mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei-Juli 2021 hingga menyentuh angka USD115,35 per ton di Juli 2021. Ternyata, kenaikan tersebut terus konsisten hingga bulan Agustus 2021 dengan mencatatkan rekor tertinggi baru.

“Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal,” imbuhnya.

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

“Nantinya, HBA bulan Juli ini akan dipergunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel),” tutur Agung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *