Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Kabar kurang sedap datang dari sektor energi. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada Oktober 2025 tercatat mengalami penurunan signifikan sebesar US$3,19 per barel. Angka ini merosot dari US$66,81 per barel pada September 2025 menjadi US$63,62 per barel.
Penetapan harga baru ini, yang diresmikan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 351.K/MG.01/MEM.M/2025, dipicu oleh kombinasi faktor pasar internasional dan meredanya ketegangan geopolitik.
Dikutip dari website Migas, Direktur Jenderal Migas, Laode Sulaeman, di Jakarta, Kamis (20/11), mengungkapkan bahwa penurunan ini terutama disebabkan oleh dua faktor utama: kekhawatiran pasar atas kelebihan pasokan global dan meredanya konflik Timur Tengah.
Menurut Laode Sulaeman, pasar global merespons positif terhadap perkembangan di Timur Tengah. “Penurunan ketegangan geopolitik timur tengah dengan tercapainya gencatan senjata antara Israel dengan Hamas telah menurunkan kekhawatiran pasar pada kelancaran pasokan minyak dari timur tengah, turut memengaruhi penurunan harga minyak mentah,” jelasnya.
Ketika risiko pasokan aman, premi risiko yang selama ini membebani harga minyak pun ikut hilang, menyebabkan harga menjadi lebih stabil dan cenderung turun.
Di saat yang sama, kekhawatiran oversupply semakin nyata. Negara-negara OPEC+ berencana untuk meningkatkan suplai minyak mereka sebesar 137 ribu barel per hari mulai November 2025, menambah tekanan pada harga.
Fakta ini didukung oleh laporan OPEC yang menunjukkan produksi minyak mentah Declaration of Cooperation (DoC) pada September meningkat hingga 630 ribu barel per hari.
Selain itu, kawasan Asia Pasifik, pasar minyak terbesar, juga menjadi medan pertempuran harga. Produsen utama, Arab Saudi, memangkas Harga Penjualan Resmi (Official Selling Price – OSP) untuk pembeli di Asia sebesar US$1,40 per barel untuk jenis Arab Light.
“Langkah ini dilakukan di tengah permintaan yang melemah di kawasan tersebut dan penurunan margin kilang,” kata Laode, seraya menambahkan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok juga turut menekan permintaan regional.
Faktor eksternal lain yang memperburuk keadaan adalah tren penguatan nilai tukar mata uang US dolar terhadap mata uang utama dunia di bulan Oktober. Karena minyak mentah dibanderol dalam Dolar AS, penguatan mata uang Paman Sam ini secara otomatis menekan harga komoditas global.
Tren Harga Minyak Mentah Utama (Oktober vs. September 2025):
| Jenis Minyak | Sept 2025 (US$/bbl) | Okt 2025 (US$/bbl) | Penurunan (US$/bbl) |
| ICP Indonesia | 66,81 | 63,62 | 3,19 |
| Dated Brent | 68,02 | 64,75 | 3,27 |
| WTI (Nymex) | 63,53 | 60,07 | 3,46 |
| Basket OPEC | 70,39 | 65,14 | 5,25 |












