Harga Minyak Mentah Indonesia Oktober Naik Tipis

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.comTim Harga Minyak Indonesia menyatakan,  Indonesian Crude Price (ICP) minyak mentah Indonesia pada bulan Oktober 2020 naik sebesar US$ 0,64 per barel dari US$ 37,43 per barel menjadi US$ 38,07 per barel.

ICP SLC juga mengalami peningkatan sebesar US$ 0,53 per barel dari US$ 39,11 per barel menjadi US$ 39,64 per barel. Peningkatan harga minyak mentah Indonesia disebabkan karena membaiknya margin untuk produk light distillate di pasar Asia Pasifik.

Sementara itu, perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Oktober 2020 dibandingkan bulan September 2020 mengalami penurunan, di antaranya  : 

Basket OPEC turun sebesar US$ 1,29 per barel dari US$ 41,54 per barel menjadi US$ 40,25 per barel.

Brent (ICE) turun sebesar US$ 0,35 per barel dari US$ 41,87 per barel menjadi US$ 41,52 per barel.

Dated Brent turun sebesar US$ 0,66 per barel dari US$ 40,81 per barel menjadi US$ 40,15 per barel.

WTI (Nymex) turun sebesar US$ 0,07 per barel dari US$ 39,63 per barel menjadi US$ 39,55 per barel.

Tim Harga Minyak Indonesia mengungkap bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, antara lain kekhawatiran pelaku pasar seiring peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara di dunia, terutama di Eropa, yang melakukan penerapan kebijakan lockdown, sehingga semakin meredupkan prospek perbaikan permintaan minyak.

Kemudian, Presiden AS yang sempat terdiagnosa Covid-19 dikombinasikan dengan perlemahan pasar tenaga kerja AS, meningkatkan kekhawatiran pasar atas pemulihan ekonomi. 

“Paket Stimulus Fiscal AS untuk menggerakkan kembali perekonomian yang terdampak pandemi, akan dilanjutkan kembali proses negosiasinya setelah pemilihan Presiden AS,” jelas Tim Harga Minyak Indonesia, (10/11). 

Selain itu, berlanjutnya produksi minyak mentah dari Norwegia setelah berakhirnya aksi mogok kerja pekerja offshore oil & gas dan peningkatan pasokan OPEC+ terutama pasokan Arab Saudi dan Rusia, termasuk juga peningkatan produksi dari negara-negara OPEC yang dikecualikan dari kuota pemotongan produksi (Iran, Venezuela dan Libya).

Faktor lainnya adalah produksi minyak mentah AS yang mencapai 11,1 juta bopd, tertinggi sejak Juli, dengan rekor kenaikan per minggu sebesar 1,2 juta bopd, serta laporan OPEC bulan Oktober 2020 memproyeksikan bahwa permintaan minyak mentah global akan mengalami penurunan sebesar 9,5 juta bopd dan pasokan minyak mentah global diperkirakan meningkat sebesar 310.000 bopd hasil dari pulihnya produksi minyak mentah AS.

Baker Hughes melaporkan peningkatan operasional oil rig di AS, 221 oil rig, tertinggi sejak bulan Mei. Terakhir, menguatnya nilai tukar Dollar AS mengakibatkan investor mengalihkan investasi mereka dari pasar komoditas.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut , juga dipengaruhi oleh stok minyak mentah China yang tinggi setelah negara tersebut membeli minyak mentah dalam jumlah besar di musim semi lalu, saat harga minyak mentah rendah. 

“Penurunan tingkat pengoperasian kilang di Asia, dengan tingkat operasional di Jepang turun ke level 70% dan Korea Selatan turun ke level 60%, juga menyebabkan penurunan harga minyak mentah di kawasan Asia Pasifik,” tukas Tim Harga.