Hilirisasi di Indonesia Masih Berproses, Dibutuhkan Berbagai Penyesuaian-Penyesuaian

Jakarta,ruangenergi.com– Hilirisasi di Indonesia masih berproses. Artinya, pembangunan smelternya masih terus berjalan. Di dalam perkembangannya dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian termasuk kebutuhan tenaga kerja, teknologi penunjang, kebutuhan investasi serta faktor-faktor penunjang yang lainnya.

Jadi artinya hilirisasi ini suatu kebijakan yang berkesinambungan. Nah di dalam perkembangannya, tentunya menemukan beberapa hal yang tidak sesuai atau kendala. Misalkan untuk penerapan teknologi, terus kemudian bagaimana meningkatkan nilai tambah termasuk kemudian perbedaan market.

“Kalau dulu kita orientasinya ke ekspor bahan mentah, kemudian marketnya sudah jelas begitu. Namun ketika kini, menjadi sesuatu yang baru kan harus mencari market yang baru kan. Nah ini yang saya kira banyak pihak melihat bisa disebut tantangan, bisa disebut kendala. Artinya suatu proses yang wajar karena kebijakan itu kan dinamis. Sehingga nanti penyesuaian-penyesuaian disebut sebagai suatu kendala, harus diselesaikan satu per satu,” kata Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Selasa (02/07/2023) di Jakarta.

Bagi dia, hilirisasi membutuhkan pasar yang stabil dan permintaan yang konsisten untuk produk hasil olahan. Ketidakpastian pasar, fluktuasi harga, dan perubahan permintaan global dapat menjadi tantangan bagi pengembangan industri hilir.

“Saya kira betul pendapat itu, kan memang konsepnya adalah untuk supply industri dalam negeri. Nah ini yang harus disiapkan kalau menurut saya. Kan kalau tetap bergantung market luar berupa ekspor bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, tentu ada perubahan market yang harus dicari. Tapi kan yang disampaikan Presiden (Jokowi) itu kan intinya hilirisasi untuk meningkatkan banyak aspek termasuk  daya saing industri dalam negeri melalui supply dari hasil olahan smelter tadi. Artinya kalau konsisten ya  marketnya sudah terbentuk di dalam negeri. Ini yang saya kira perlu disiapkan,” ungkap Komaidi.

Dalam catatan ruangenergi.com, program hilirisasi dan proyek smelter yang dijalankan oleh PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) untuk meningkatkan nilai tambah dari sektor pertambangan melalui pengolahan dan pengolahan produk tambang di dalam negeri.

MIND ID adalah badan usaha milik negara yang mengelola investasi dan bisnis pertambangan serta memfasilitasi hilirisasi produk tambang. BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia ini beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT INALUM, dan PT Timah Tbk.

Proyek smelter di MIND ID adalah proyek pembangunan dan pengoperasian pabrik-pabrik pengolahan atau smelter untuk berbagai jenis mineral dan logam. Proyek ini bertujuan untuk mengolah bijih-bijih tersebut menjadi produk yang lebih bernilai tinggi.

Sebagai contoh, salah satu proyek smelter yang terkenal adalah Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang dikelola oleh MIND ID di Kalimantan Barat. Proyek ini berfokus pada pengolahan bauksit menjadi alumina, yang merupakan bahan baku utama dalam produksi aluminium.

Dengan program hilirisasi dan proyek smelter ini, pemerintah Indonesia berharap dapat meningkatkan nilai tambah dari sektor pertambangan, menciptakan lapangan kerja, dan berkontribusi pada pembangunan industri manufaktur yang lebih maju dan berkelanjutan di dalam negeri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *