kargo lng

Indonesia Bidik Jualan Kargo LNG ke India

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,Ruangenergi.com– Indonesia jajaki potensi memasok kebutuhan kargo gas alam cair ke pasar industri di India.

Dikabarkan Reliance Industries India sedang mencari kargo gas alam cair (LNG) untuk pengiriman pada akhir Desember, dua sumber pasar mengatakan pada hari Selasa.

Mereka sedang mencari kargo untuk dikirim ke terminal Hazira selama 24 hingga 31 Desember dalam tender yang ditutup pada 24 November, mereka menambahkan.

“Kita masukin ke radar (pasar India).Kalau harga cocok kenapa gak?’ kata Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Arief Handoko kepada ruangenergi.com,Jumat (27/11/2020) di Jakarta.

Dalam catatan ruangenergi.com,produksi gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) Indonesia dari dua kilang mencapai 155,5 kargo sepanjang Januari 2020—September 2020.

Produksi kilang LNG Bontang (Kalimantan Timur) 63,4 kargo dan dari kilang LNG Tangguh (Papua Barat) 92,1 kargo.

Adapun, hingga akhir tahun, pihaknya memproyeksikan produksi dari kilang Bontang mencapai 84,6 kargo dan produksi dari kilang LNG Tangguh akan mencapai 121,1 kargo.

“Memperhitungkan kontrak yang masih ada proyeksi 2020 sebesar 205,7 kargo,” papar Arief Handoko dalam paparannya kepada wartawan pada Jumat (23/10/2020).

Dalam neraca gas bumi Indonesia 2018-2027 terdapat 3 (tiga) skenario kebutuhan gas bumi ke depan yaitu:

Skenario I

Skenario I menggunakan baseline realisasi penyerapan gas bumi 2017 untuk setiap sektornya. Kemudian
disimulasikan sesuai metodologi. Neraca Gas Nasional skenario I menghasilkan simulasi berupa surplus gas
dari tahun 2018-2027. Hal ini dikarenakan penyerapan gas oleh Badan Usaha di bawah kontrak existing dan
tidak diperpanjangnya kontrak-kontrak ekspor gas pipa/LNG jangka panjang.

Skenario II

Skenario II menggunakan baseline realisasi penyerapan gas bumi 2017 untuk setiap sektornya. Kemudian disimulasikan sesuai metodologi. Neraca Gas Nasional skenario II akan mengalami surplus gas dari tahun 2018- 2024 dan akan mengalami defisit gas pada tahun 2025-
2027. Kondisi ini terjadi dengan asumsi:
– Penyerapan gas dari kontrak existing 100%;
– Kondisi ekonomi makro membaik dan daya beli meningkat;

– Kebutuhan gas untuk sektor ketenagalistrikan sesuai dengan RUPTL 2019-2028;
– Perencanaan Refinery Development Master Plan (RDMP) sesuai jadwal; dan
– Perencanaan pembangunan pabrik-pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal.

Skenario III
Skenario III menggunakan baseline realisasi penyerapan gas bumi 2017 untuk setiap sektornya. Kemudian
disimulasikan sesuai metodologi. Neraca Gas Nasional skenario III menghasilkan simulasi berupa surplus gas dari tahun 2019-2024, mengalami defisit di tahun 2018 dan 2025-2027. Kondisi ini terjadi dengan asumsi:
– Penyerapan gas dari kontrak existing 100%;
– Industri retail menggunakan asumsi kontrak sekitar
5,5% dimana kondisi ekonomi makro membaik dan
daya beli meningkat;
– Kebutuhan gas untuk sektor ketenagalistrikan sesuai dengan RUPTL 2019-2028;
– Perencanaan Refinery Development Master Plan (RDMP) sesuai jadwal; dan
– Perencanaan pembangunan pabrik-pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal.