Jakarta, ruangenergi – Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menjadi narasumber dalam Webinar Indonesia Economic Outlook 2022 dengan Tema Strategi Pemenuhan Kebutuhan Energi Nasional dan Transisi Menuju Energi Baru Terbarukan di Tanah Air yang diselenggarakan secara daring oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Di tengah upaya mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi, energi menjadi bahan bakar utama untuk menggerakkan roda perekonomian kembali. “Tantangannya bukan hanya pada bagaimana memastikan pemenuhan kebutuhan energi untuk aktivitas masyarakat umum namun bagaimana isu transisi menuju energi baru terbarukan dengan tetap menjaga keamanan pasokan serta keterjangkauan harga bagi masyarakat”, ungkap Poppy Zeidra sebagai moderator.
Sekretaris Jenderal KESDM, Ego Syahrial mengatakan bahwa saat ini terdapat 3 target besar yang harus dipenuhi oleh Indonesia dalam pengembangan energi nasional. Target jangka pendek adalah untuk mencapai EBT sebesar 23% pada tahun 2025. Target jangka menengah yaitu untuk memenuhi target NDC pada tahun 2030 dan target jangka panjang untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat apabila ada bantuan internasional.
Ego juga menjelaskan bahwa untuk mencapai target tersebut terdapat 3 kunci utama yang harus dilakukan Pemerintah yaitu pengembangan EBT, phasing out PLTU dan percepatan kendaraan listrik. KESDM berkomitmen untuk melaksanakan transisi energi yang berkeadilan dengan tetap memperhatikan pemenuhan energi nasional. Ego juga menyampaikan mengenai capaian KESDM pada tahun 2021.
HIPMI yang merupakan perwakilan badan usaha dan masyarakat merupakan peranan penting untuk mendukung pencapaian target besar diatas.
“KESDM senantiasa mendorong sinergitas dan kolaborasi diantara semua stakeholders, tutup Ego.”
Anggota DEN, Satya Widya Yudha mengatakan bahwa isu energi tidak dapat diselesaikan oleh satu Kementerian dikarenakan semua aspek terlibat. Oleh sebab itu DEN dibentuk berdasarkan UU No.30/2007 untuk menyelesaikan permasalahan energi yang bersifat lintas sektor. Satya menjelaskan bahwa sumber emisi gas rumah kaca berasal dari berbagai sektor, antara lain: energi, industrial process and product use (IPPU), agriculture, forestry and other land use (AFOLU), limbah, dan sumber lainnya. Sektor energi merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, dimana 35%nya berasal dari emisi pembangkitan listrik.
Lebih lanjut Satya menerangkan bahwa NDC di sektor energi pada Tahun 2020 mencapai 64,4 Juta Ton atau dengan kata lain lebih baik dari target yang dicanangkan sebesar 58 Juta Ton.
“Pada sektor energi target reduksi emisi pada tahun 2030 adalah sebesar 314 Juta Ton yang terdiri dari pemanfaatan EBT sebesar 170 Juta Ton, sedangkan sisanya bersumber dari efisiensi energi, penggunaan bahan bakar rendah karbon, penggunaan teknologi pembangkit bersih dan kegiatan lainnya,” ucap Satya.
Satya juga menjelaskan mengenai strategi transisi energi di Indonesia menuju NZE tahun 2060. Ia berucap bahwa energi fosil masih akan tetap ada tetapi akan diganti menggunakan teknologi bersih sehingga emisi yang dihasilkan dapat tereduksi. Selain itu, roadmap atau peta jalan transisi energi yang telah disusun perlu diimplementasikan. Regulasi mengenai harga EBT & RUU EBT juga sedang dibahas dan diharapkan dapat diselesaikan dengan cepat sehingga dapat mendukung target-target diatas.
Senada dengan hal tesebut, Dirjen EBT & Konservasi KESDM, Dadan Kusdiana mengatakan bahwa Pemerintah sangat berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melalui ajang G20 tahun ini akan fokus mengenai transisi menuju energi yang berkelanjutan,
“Bagaimana ketahanan energi secara nasional dan trend dunia menggunakan energi bersih dan ramah lingkungan dapat diimplementasikan di Indonesia, serta menurunkan emisi gas rumah kaca” pungkas Dadan.
Maman Abdurahman, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI mendukung kebijakan transisi energi dan terus meningkatkan pemanfaatan EBT. Namun jangan sampai program dan perencanaan ini hanya sebagai perencanaan, perlu adanya implementasi yang akurat dan kolaborasi antar seluruh stakeholders.