Indonesia Perkuat Hilirisasi Tembaga untuk Dukung Industri Nasional

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com – Indonesia memiliki salah satu cadangan tembaga terbesar di dunia, menjadikannya pemain penting dalam industri mineral global. Seiring meningkatnya permintaan tembaga, terutama untuk industri energi hijau dan kendaraan listrik, hilirisasi menjadi strategi utama dalam memperkuat ekosistem industrialisasi dalam negeri.

Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID, menegaskan komitmennya dalam memperkuat rantai pasok produksi tembaga nasional. Upaya ini dilakukan guna memastikan ketersediaan bahan baku industri secara berkelanjutan serta mendorong pertumbuhan industri berbasis sumber daya alam di Indonesia.

Melalui PT Freeport Indonesia, MIND ID menjalankan peran krusial dalam hilirisasi tembaga agar lebih banyak industri strategis berkembang di dalam negeri. Hal ini menjadi semakin relevan dengan meningkatnya kebutuhan tembaga untuk kendaraan listrik, yang penggunaannya mencapai empat hingga lima kali lebih banyak dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional.

Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf, menyatakan bahwa kebutuhan tembaga di Indonesia terus meningkat di berbagai sektor, mulai dari industri energi hijau, pembangkit listrik, hingga kendaraan listrik. Dengan ekosistem yang semakin kuat, industri pendukung berbasis tembaga pun berpotensi tumbuh lebih masif di dalam negeri.

“Tembaga merupakan mineral strategis yang memiliki peran penting dalam penghantaran energi. Kami di MIND ID konsisten menjalankan hilirisasi secara berkelanjutan dan siap mendukung industri dalam menghasilkan berbagai produk teknologi inovatif berbasis tembaga di dalam negeri,” ujar Heri di Jakarta, akhir pekan lalu.

Heri juga memaparkan bahwa Indonesia memiliki cadangan tembaga sebesar 28 juta ton, menjadikannya negara dengan cadangan terbesar ketujuh di dunia. Pada tahun 2023, produksi tembaga nasional tercatat mencapai 840 ribu metrik ton, dengan sebagian besar telah diolah di dalam negeri melalui kebijakan hilirisasi yang terus diperkuat oleh pemerintah.

Salah satu langkah konkret MIND ID dalam memperkuat hilirisasi adalah pembangunan smelter Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Smelter ini menjadi infrastruktur kunci dalam pemurnian tembaga nasional yang akan meningkatkan kapasitas produksi serta nilai tambah mineral di dalam negeri.

“Dengan beroperasinya smelter Manyar, total produksi katoda tembaga dari Freeport akan mencapai 1 juta ton per tahun. Hal ini juga akan mendorong total produksi katoda tembaga Indonesia menjadi 1,5 juta ton per tahun,” jelas Heri.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa peningkatan kapasitas ini menempatkan Indonesia dalam posisi strategis di industri global. Dengan produksi yang lebih besar, Indonesia berpotensi menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat di dunia, menggantikan Jepang. Saat ini, tiga produsen terbesar adalah China dengan 12 juta ton, diikuti oleh Chili dengan 2 juta ton, dan Kongo dengan 1,9 juta ton.

Selain memperkuat posisi Indonesia di pasar global, peningkatan produksi ini juga membuka peluang bagi tumbuhnya industri manufaktur berbasis tembaga di dalam negeri. Heri menuturkan bahwa dengan pasokan tembaga yang lebih besar dan berkelanjutan, lebih banyak investor diharapkan tertarik mendirikan pabrik manufaktur di sekitar kawasan industri Gresik.

Dengan berkembangnya basis industri di Gresik, investor dapat memastikan pasokan tembaga lebih dekat, sehingga kegiatan operasional produksi menjadi lebih efisien.

“Kami sangat berharap industrialisasi berbasis sumber daya alam mineral ini dapat berjalan optimal, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan menjadi bagian dari visi Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.