Indonesia Siap Ekspor Listrik Hijau ke Singapura: Medco Power Ungkap Proyek Raksasa 2 GWp

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Bandung, Jawa Barat, ruangenergi.com— Direktur Utama Medco Power Indonesia, Eka Satria, memaparkan langkah strategis perusahaan dalam mendukung percepatan transisi energi nasional melalui pengembangan pembangkit listrik bersih dan energi terbarukan. Paparan tersebut disampaikan dalam agenda National Media Engagement 2025 di Bandung, Sabtu (15/11/2025).

Eka menegaskan komitmen Medco Energi untuk mencapai target net zero emisi untuk scope 1 dan 2 pada 2050, serta scope 3 pada 2060.

“Transformasi energi merupakan agenda jangka panjang. Kami mempersiapkan strategi yang terukur sekaligus memperluas portofolio energi bersih,” papar Eka dengan semangat.

Dalam paparannya, Eka menyebut Indonesia memiliki potensi energi terbarukan mencapai 3.686 gigawatt (GW). Namun, baru sekitar 0,3 persen dari potensi tersebut yang saat ini dimanfaatkan. Menurutnya, ini menjadi peluang besar bagi sektor swasta untuk berperan lebih aktif, apalagi dengan proyeksi pertumbuhan permintaan listrik nasional sekitar 8 persen per tahun.

Peluang investasi tersebut terbuka lebar melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, di mana PLN memberikan porsi hingga 76 persen kapasitas pembangkit baru kepada sektor swasta.

Eka menjelaskan bahwa Medco Power tengah mengakselerasi sejumlah proyek energi bersih, terutama panas bumi dan tenaga surya. Beberapa proyek yang berjalan antara lain; Ijen Geothermal 110 MW di Jawa Timur, dengan tahap pertama 34 MW siap beroperasi pada triwulan I-2025. Bonjol Geothermal 55 MW di Sumatera Barat yang sedang memasuki tahap pengeboran eksplorasi kedua. Samosir Geothermal 40 MW yang dijadwalkan memulai eksplorasi pada 2027.

Selain panas bumi, Medco juga mengembangkan proyek energi surya skala besar, termasuk pembangunan Solar PV 25 MWp di Bali Timur yang ditargetkan operasi pada pertengahan 2025.

Ekspor Listrik Hijau ke Singapura

Salah satu proyek unggulan yang menarik perhatian adalah pembangunan PLTS Pulau Bulan dengan kapasitas 2 gigawatt peak (GWp). Proyek ini dirancang untuk mengekspor hingga 600 megawatt (MW) listrik ke Singapura melalui kabel bawah laut 400 kV.

“Proyek Pulau Bulan merupakan langkah penting bagi Indonesia untuk masuk ke pasar energi hijau regional,” kata Eka. Proyek yang digarap konsorsium Medco Power bersama mitra regional tersebut diperkirakan mencapai nilai investasi sekitar 3 miliar dollar AS, dengan target mulai beroperasi pada 2028.

Di samping energi terbarukan, Medco Power tetap mengembangkan pembangkit berbahan bakar gas sebagai energi transisi. Sejumlah proyek ekspansi di Batam, seperti DEB Expansion 300 MW dan ELB Add-On 39 MW, akan masuk tahap operasi antara 2025 hingga 2030.

“Gas masih dibutuhkan untuk menjaga keandalan sistem kelistrikan, khususnya dalam fase transisi menuju energi yang lebih bersih,” ujar Eka.

Eka menuturkan bahwa pengembangan energi terbarukan secara masif dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Berdasarkan perhitungan Medco, potensi investasi di sektor ini pada dekade mendatang berkisar 30–50 miliar dollar AS, termasuk dari pembangunan PLTS, pabrik panel surya, dan fasilitas penyimpanan energi (BESS).

“Transisi energi bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi yang dapat membuka ribuan lapangan kerja baru,” ujarnya.

Melalui rangkaian proyek tersebut, Medco Power menargetkan kontribusi jangka panjang terhadap agenda Indonesia Emas 2045, sekaligus mendukung visi Pemerintah untuk membangun kapasitas energi hijau hingga 100 GWp dalam 20 tahun mendatang.