Indonesia Tetap Membutuhkan Minyak dan Gas

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com-Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menjelaskan Indonesia tetap membutuhkan minyak dan gas.

Alasannya, di tahun 2050 kemungkinan forecast dengan econimic growth 5 persen, dengan kebutuhan 2,6 juta barel.

“Bayangkan kalau produksi kita bisa mencapai 1 juta saja, maka kekurangannya (gap) 1,6 juta, dari mana menutupi kekurangannya..kalau kita tidak bisa memenuhi ya otomatis impor lah,” kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menjawab pertanyaan ruangenergi saat Press Conference Road to ICIOG 2023, Rabu (13/09/2023) di Jakarta.

Itu sebabnya, menurut SKK Migas, penambahan produksi minyak dan gas harus dikejar dari sisi eksplorasi, pengembangan dan sebagainya.

“Jadi, minyak dan gas sama pentingnya. Makanya kenapa kita (SKK Migas) menerapkan progresif CCS/CCUS itu align dengan komitmen pemerintah dalam rangka mengurangi emisi. Kita memproduce migas yang ada C02 nya dan kita mengembalikan C02 nya ke dalam bumi supaya balanced. Tapi akan lebih bagus lagi kalau ada tambahan dengan peningkatan dari recovery factor cadangan migas yang tadinya secara teoritis tidak terangkat karena ada faktor katakanlah subservice, dengan menginjeksikan C02 maka bisa terangkat jadi menambah nilai produksi,”ungkap Nanang.

Di sisi lain, SKK Migas melakukan program iddle well. Sumur-sumur migas yang dulu dianggap tidak ekonomis, ditawarkan ke partner KKS siapa yang bisa mereaktivasi sumur-sumur tersebut.