Jakarta, Ruangenergi.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya dalam meningkatkan pencapaian visi 1 Juta BOPD dan 12 BSCFD gas di 2030.
Selain itu, kini SKK Migas bersama para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lebih mengedepankan penggunaan produk dalam negeri (TKDN) dulu migas. Hal tersebut guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri ditengah kondisi yang masih diselimuti Pandemi Covid-19.
Sebagaimana diketahui, SKK Migas mencatat bahwa penggunaan produk dalam negeri sektor hulu migas telah mencapai 57%, lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah yakni sekitar 50%. Untuk itu, pihaknya optimistis, dapat lebih meningkatkan penggunaan produk lokal setinggi-tingginya sesuai dengan kebutuhan para KKKS.
Dalam sambutan perhelatan Forum Kapasitas Nasional (KAPNAS) 2021, yang digelar secara hybird, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan bahwa hingga Kuartal III tahun 2021 (30 September 2021), penerimaan negara yang dihasilkan oleh industri hulu migas telah mencapai Rp 136,8 triliun (kurs 1 US$ = Rp14.350,-) dan telah melampaui target APBN 2021 yang ditetapkan sebesar 131%.
Dia menyebut membaiknya harga minyak dunia, menjadi momentum hulu migas dalam meningkatkan penerimaan negara di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).
“Kami bersyukur pada Kuartal III 2021 ini, SKK Migas berhasil meningkatkan penerimaan negara sektor hulu migas, bahkan melebihi target. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan terkait atas dukungan serta kerjasama yang baik sehingga industri ini berhasil memberikan penerimaan negara yang optimal dimasa pandemi seperti ini,” imbuh Dwi, (21/10).
Menurut Dwi, optimalnya penerimaan negara dari hulu migas tidak lepas dari harga minyak dunia yang berangsur membaik dan juga efisiensi kegiatan operasi hulu migas yang dilakukan.
Sementara itu, untuk investasi hulu migas, Dwi mengatakan, juga meningkat seiring dengan membaiknya harga minyak dunia dan mulai bergeraknya perekonomian nasional, saat ini nilai investasi di hulu migas telah mencapai Rp 113,3 triliun. Kemudian, untuk realisasi biaya cost recovery pada kuartal III 2021, SKK Migas mencatat telah berhasil mencapai Rp 79,8 triliun.
“Realisasi cost recovery berada di angka 68,90% terhadap outlook. SKK Migas akan terus mengawal agar angka cost recovery berada dibawah target melalui efisiensi dan optimalisasi kegiatan operasi KKKS,” bebernya.
Selain itu, terkait capaian lifting migas yang masih dibawah target, Dwi menjelaskan bahwa ada beberapa kondisi yang menyebabkan hal itu terjadi yakni entry point awal tahun 2021 yang rendah karena adanya beberapa kegiatan pengeboran dan onstream proyek 2020 yang tertunda dikarenakan pembatasan mobilitasi manusia dan peralatan akibat pandemi Covid-19.
Kemudian, terkait capaian lifting migas nasional per Kuartal III tahun 2021, Dwi menuturkan bahwa capaian saat ini adalah 1.640 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) dengan rincian lifting minyak sebesar 661 ribu barel minyak per hari (BOPD), atau 93,8% dari target APBN yang ditetapkan untuk tahun ini sebesar 705 ribu BOPD. Sedangkan lifting gas sebesar 5.481 MMSCFD (standar kaki kubik per hari) dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD atau tercapai 97,2%.
Untuk itu, SKK Migas bersama KKKS terus berupaya dalam meningkatkan lifting tahun 2021 yakni melalui optimalisasi produksi dengan perkiraan tambahan 3.000 BOPD, tambahan sumur pemboran dan Work Over dengan tambahan 500 BOPD, penggunaan teknologi produksi dan debottlenecking dengan tambahan 500 BOPD, pengurasan stok dengan tambahan 1.800 BOPD, serta melalui crashed program dengan perkiraan tambahan 1.600 BOPD.
“Sedangkan untuk gas, kami akan melakukan optimasi penyerapan sehingga ada tambahan lifting 55 MMSCFD dan melalui optimasi operasi dengan tambahan 20 MMSCFD,” jelasnya.
Sementara, dalam sambutannya secara virtual, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa sinergi antara Kementerian, SKK Migas dan KKKS terus dilakukan, sehingga teknologi dan investasi di industri hulu migas Indonesia dapat terus meningkat.
“Selain itu, ketergantungan Indonesia terhadap produk luar negeri dapat makin berkurang. Itu kita belajar dari krisis Covid-19, di mana hampir 90% kita impor barang-barang dan obat-obatan dari luar. Sekarang berkaca dari peristiwa itu, kita banyak menggunakan produk-produk dalam negeri, dan target kita kita balik, kita ingin kebutuhan-kebutuhan kita, kita produksi sendiri minimal 80%,” tuturnya.
Untuk itu, Luhut mengajak para industri yang bergerak di sektor hulu migas lebih mengedepankan produk dalam negeri.
“Saya berharap melalui Forum Kapasitas Nasional 2021 ini seluruh industri yang bergerak di sektor hulu migas lebih mengutamakan pertumbuhan industri dalam negeri,” tutupnya.