Cikande, Ruangenergi.com – Pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri di semua sektor, terutama di sektor yang paling high technology dan high risk seperti minyak dan gas bumi.
Pasalnya, kontribusi industri hulu migas saat ini sudah terasa melalui penerimaan negara maupun dalam menciptakan multiplier effect (efek berganda) pada pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Salah satu efek berganda dari industri migas dapat melalui pemakaian produk dalam negeri Indonesia (Tingkat Kandungan Dalam Negeri/TKDN).
Sebagaimana diketahui, penggunaan TKDN di industri hulu migas telah melampaui target yakni sekitar 58%, di mana targ t yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 50%.
Untuk itu, Pemerintah diminta mendorong penggunaan komponen dalam negeri di sektor hulu dan hilir minyak dan gas bumi supaya bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap barang impor.
Direktur Utama PT Teknologi Rekayasa Katup (TRK), Yon Ming, mengungkapkan pihaknya berkomitmen sangat mendukung penggunaan produk lokal.
“Perangkat Peraturan TKDN pemerintah sangat jelas yaitu mengurangi impor. Kami berharap Pemerintah menjalankan peraturan dengan tegas, dan berikan sanksi kepada yang melanggarnya,” terang Yon Ming kepada wartawan disaat kunjungan ke Pabrik TRK Valves yang berlokasi di Cikande, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Jumat (29/10).
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mendorong Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) di sektor hulu dan hilir minyak dan gas bumi supaya bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap barang impor.
“Pak Luhut mengatakan dalam sambutannya pada acara Forum Kapasitas Nasional 2021 di JCC, Jakarta, Kamis (21/10/2021) bahwa kalau mau maju produk dalam negeri ini kita buka kesempatan buat insinyur kita berinovasi, jangan hanya impor saja. Semangatnya membangun produksi dalam negeri jangan hanya dapatkan keuntungan sendiri,” papar Yon Ming.
Bagi pabrikan seperti dirinya, Yon Ming mengatakan bahwa tidak gampang dalam menyuplai peralatan ke industri hulu migas atau KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Meskipun, produk buatannya telah digunakan disebagian KKKS.
Untuk memasukkan produk ke KKKS, ujar Yon, pihaknya harus mengikuti serangkaian proses kualifikasi dan spesifikasi yang diinginkan oleh para KKKS tersebut.
Ia menambahkan, TRK Valves sangat mendukung proses kualifikasi yang dilakukan oleh KKKS untuk memastikan pabrikan benar-benar memproduksi barang di dalam negeri dengan kualitas yang terjamin sesuai dengan kebutuhan dari KKKS. Dengan kualifikasi oleh KKKS diharapkan dapat menghindari pembelian produk impor yang diakui sebagai produk dalam negeri.
Dia mengambil contoh pengalaman memasukan ball valves ke PT Pertamina Hulu Mahakam perlu melewati proses kualifikasi.
“Kalau PHM mereka ini mempunyai prosedur sendiri, dan agar produk kita bisa diterima oleh mereka, kita harus ikuti kualifikasi sesuai prosedur mereka. Sekitar 3 tahun lalu, saat mereka (PHM) ingin melakukan tender, kami diberitahukan bahwa harus memenuhi persyaratan/kualifikasi, spesifikasi yang telah menjadi standar mereka. Kita tidak bisa supply equipment ke mereka jika tidak lolos dalam kualifikasi,” ungkap Yon.
Meski begitu, TRK Valves yang merupakan perusahaan lokal dan 100% pegawainya lokal mengaku optimistis dapat mensuplai equipment yang dibutuhkan oleh PHM. TRK Valves telah membuktikan dengan lulus kualifikasi tersebut.
“Ini juga pembuktian kepada semua pihak bahwa kita sebagai pabrikan lokal mampu menghasilkan produk berteknologi dengan kualitas yang prima. TRK Valves melakukan Design dan Engineering sendiri, dengan proses produksi yang terintegrasi mampu memenuhi permintaan dan kebutuhan sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh KKKS. Team R&D TRK Valves dengan mengacu kepada standar international terus mengembangkan produknya menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar baik domestik maupun luar negeri,” bebernya.
Di sisi lain, tantangan yang dihadapi ditengah Pandemi Covid-19 sangat dirasakan sekali. Banyak project yang mengalami kemunduran. Sehingga hal tersebut berdampak pada pesanan equiptment yang dilakukan oleh para KKKS.
Selain itu, material yang digunakan masih terdapat beberapa yang harus di impor, hal ini dikarenakan material dalam negeri untuk mensupport produk yang dihasilkan belum menyanggupinya.
“Ini menjadi salah satu tantangan kami ke depan agar juga dapat semakin banyak menggunakan material dan komponen lokal sehingga terciptanya multiplier effect dan meningkatkan perekonomian dalam negeri,” tutupnya.