Jakarta,ruangenergi.com-Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Perubahan Daftar PSN menyebutkan bahwa Proyek Pabrik Pupuk di Fakfak, Papua dan pembangunan industri metanol di Bintuni merupakan Proyek Strategis Nasional.
Berdasarkan hasil rapat Menteri ESDM, Menteri BUMN, dan Menteri Investasi/Kepala BKPM tanggal 22 Agustus 2022, diputuskan bahwa lokasi pabrik Amonia – Urea adalah di Kabupaten Fakfak, sementara Pabrik Metanol akan berlokasi di Kabupaten Teluk Bintuni;
Pabrik Metanol direncanakan akan dibangun di Area 7 di area BP Tangguh (Alternatif 1),sementara Pabrik Amonia – Urea akan dibangun di Fior, Kabupaten Fakfak (Alternatif3); Pabrik Amonia – Urea akan dioperasikan oleh PT Pupuk Kalimantan Timur, sementara Pabrik Metanol akan dioperasikan secara joint venture antara PT Pupuk Indonesia (Persero) dengan Sojitz Corporation.
Demikian bahan paparan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI) yang disampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Komisi VII DPR RI saat Rapat Kerja,Selasa (14/02/2023) di Jakarta.
“Status proyeknya, gas menunggu alokasi dan harga gas dari Menteri ESDM. Penetapan alokasi; inprogress. Perjanjian lahan; inprogress pembahasan dengan BP Tangguh dan SKK Migas. Dukungan pemerintah; dukungan pelaksanaan proyek, alokasi dan penetapan harga gas, pemberian tax holiday dan masterlist,” kata Agus Gumiwang.
Kebutuhan gas untuk pabrik pupuk di Fakfak dan industri metanol di Bintuni rinciannya; sebanyak 102 bbtud untuk bisa menghasilkan amonia urea. Gas sebanyak 99 bbtud dibutuhkan untuk bisa hasilkan methanol. Adapun kapasitas amonia mencapai 2500 MTPD. Urea 3500 MTPD. Methanol 3000 MTPD.
Operasi komersil Bintuni di Q3 tahun 2027 dan Fakfak di Q3 tahun 2028. Namun semua itu tergantung kepada keekonomian. Sumber gasnya dari Genting Oil Kasuri Ltd.
