Jakarta, ruangenergi.com- PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) memanfaatkan teknologi canggih sebagai metode optimalisasi sumur dengan mengangkat materi migas (hidrokarbon) dari dalam sumur ke permukaan atau disebut artificial lift optimization, termasuk mencegah agar pasir tidak ikut terproduksi bersama migas (sand control).
Berdasarkan informasi yang disampaikan Kementerian ESDM, dari total ada 41.514 sumur yang ada di Indonesia, terdapat 10.398 sumur yang masuk pada kriteria idle well. Meski demikian, tidak semua sumur idle tersebut berpotensi untuk direaktivikasi, beberapa penyebabnya yakni tidak adanya potensi subsurface, keekonomian yang tidak terpenuhi, serta faktor keselamatan dan lingkungan.
“Metode optimalisasi sumur lainnya yakni dengan cara melakukan konversi sumur yang tadinya sumur produksi menjadi sumur injeksi. Kita juga lakukan workover atau kerja ulang pindah lapisan terhadap sumur yang ada untuk mendapatkan produksi minyak yang lebih baik,” kata EVP Upstream Business PHR WK Rokan Edwil Suzandi dalam siaran pers yang diterima ruangenergi.com, Senin (16/10/2023) di Jakarta.
PHR gencar melakukan optimalisasi idle well di WK Rokan, baik untuk sumur penghasil minyak ringan atau Sumatra Light Oil (SLO), maupun sumur penghasil minyak berat atau Heavy Oil (HO).
Jumlah Idle Well di Rokan
PHR juga terus berupaya meningkatkan produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan, termasuk dalam ikhtiar pencapaian target 1 juta barel minyak per hari (BOPD) di tahun 2030. Berbagai upaya dilakukan, di antaranya dengan menghidupkan kembali sumur-sumur yang sudah tidak aktif (idle well) di WK Rokan.
Program reaktivasi idle well merupakan upaya menghidupkan kembali sumur produksi migas atau sumur injeksi yang telah tidak aktif dalam jangka waktu minimum 6 bulan berturut-turut.
Upaya ini dilakukan PHR lewat program ‘Kerja Sama Bisnis Aliansi Strategis Reaktivasi Sumur Idle’ yang diinisiasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam upaya meningkatkan produksi migas nasional.
“Berbagai upaya kami lakukan untuk memaksimalkan sumur-sumur yang ada di WK Rokan, termasuk sumur non-aktif (idle well). Di antaranya dengan memperpanjang umur sumur atau well intervention dengan cara melakukan pelubangan dinding sumur (perforasi) dan melakukan perawatan hingga pembersihan sumur. Kami juga lakukan pengecekan baik itu evaluasi maupun koreksi kerusakan kerusakan pada sumur (well stimulation) agar bisa berproduksi dengan maksimal,” ungkap Edwil.
Edwil menambahkan, untuk saat ini jumlah idle well di WK Rokan yang diaktifkan kembali oleh PHR telah mencapai 601 sumur sejak alih kelola WK Rokan pada Agustus 2021 hingga 2023 berjalan.
Tentunya, upaya mengaktifkan kembali idle well di WK Rokan terus dilakukan oleh PHR sebagai upaya peningkatan produksi untuk menopang energi nasional.
“Kami juga memanfaatkan teknologi artificial inteligent dalam upaya mengoptimalkan kinerja sumur di WK Rokan agar terus berproduksi. PHR juga melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk melakukan studi dengan pihak universitas untuk evaluasi sumur-sumur idle. Berbagai upaya ini kami lakukan dalam peran PHR sebagai penopang energi nasional dan upaya pencapaian target 1 juta BOPD di tahun 2030,” kata Edwil.
Selain itu, lanjut Edwil, PHR juga melakukan re-assessment (penilaian ulang) sumur lama dengan konsep baru. Di antaranya re-assessment reservoir management (pengelolaan cadangan) agar memberikan peluang penghasil minyak yang sebelumnya tidak teridentifikasi.
PHR juga menerapkan pengelolaan cadangan minyak bumi yang terintegrasi (integrated reservoir management) dalam mencari peluang di sumur-sumur yang sudah tua (mature/brown field).













