Jakarta,ruangenergi.com-Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) prihatin atas kenyataan di lapangan yang dirasakan dimana kapal-kapal pengangkut liquified natural gas (LNG) yang beroperasi di Tangguh, adalah sebagaimana umumnya kapal berteknologi tinggi dimiliki oleh konsorsium asing dan Indonesia.
Dimana porsi Indonesia masih sangat sedikit, dibawah 25%. Dan didanai oleh financial-financial internasional. Para financier dan para konsorsium tersebut masih terikat dengan term tenure pinjaman yang masih lama untuk bisa merubah komposisi kepemilikan.
“Seperti kita tahu, untuk investor asing berbendera Indonesia, komposisi kepemilikan asing adalah max 49pct. Nah di Tangguh porsi Indonesia masih sangat sedikit di bawah 25 pct,”kata Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto kepada ruangenergi.com,Selasa (03/08/2021) di Jakarta.
Carmelita Hartoto dilantik sebagai ketua umum terpilih DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) masa bakti 2019-2023.
Carmelita juga menyoroti pemakaian bahan bakar LNG untuk kapal. Dalam pandangan dia,berdasarkan pengalamannya,di dunia sendiri, kecuali kapal pengangkut LNG, dan Ferry di Scandinvia, belum ada kapal komersial lain yang bisa menggunakan bahan bakar LNG.
“Pertama-tama kita harus tahu tekhnologi mengenai bahan bakar LNG tersebut. Disebut LNG atau Liquified Natural Gas, atau Gas alam cair. dimana gas tersebut harus tersimpan dan terjaga dalam suhu yang sangat dingin. Bukan seperti bahan bakar biasa seperti MFO atau MGO yang dipakai umumnya kapal. Didunia sendiri, kecuali kapal pengangkut LNG, dan Ferry di Scandinvia, belum ada kapal komersial lain yang bisa menggunakan bahan bakar LNG. Disamping tangki penyimpanan dikapal harus refrigerated, juga stasiun-stasiun pengisian ulang harus tersedia disetiap pelabuhan.Kebayangkaaan rumitnya. Bahan bakar MFO low sulphur aja belum tersedia diseluruh pelabuhan Indonesia,”tutur wanita peraih gelar MBA dari Webster University, AS ini ditunjukkan dalam perannya memimpin PT Andhiraksha Tama dan PT Andhika Lines.
Bagi Carmelita,kapal LNG sendiri, dia menggunakan boiled of gas dari muatannya itu untuk bahan bakarnya.
Sedangkan kapal-kapal ferry scandinavia, mereka sudah menyediakan stasion pengisian bahan bakar gas (BBG) tersebut berupa floating gas and regasification unit. (FSRU kecil) di pelabuhan keberangkatan dan kedatangan. Tidak perlu disimpan ditangki kapal.