IPA Convex 2021

IPA Tegaskan Transisi Energi Harus Dilakukan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com Transisi energi merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh industri di sektor energi fosil seperti minyak dan gas bumi serta batubara dan lainnya.

Bicara transisi energi, Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA), Marjolijn Wajong, mengatakan bukan berarti porsi energi yang berasal dari minyak dan gas bumi sudah tidak lagi dibutuhkan.

Akan tetapi, lanjut Meity sapaan akrabnya, dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) kebutuhan akan energi fosil pada 2030-2050 masih cukup besar di Indonesia. Namun demikian, bukan berarti para industri yang bergerak di sektor migas ini tidak mendukung pemanfaatan energi bersih di Indonesia alias Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Dalam arti kata, kita tetap memerlukan energi yang berasal dari bumi yaitu minyak dan gas bumi, karena kebutuhan energi Indonesia sangat besar sekali. Jadi, Pemerintah saya kira sedang mencoba mengakselerasi adanya energi dari renewable,” ungkap Meity dalam conference IPA Convex 2021 ketika ditanyakan Ruangenergi.com, (18/08/2021) di Jakarta.

Ia menambahkan, jika dilihat dalam RUEN, kebutuhan akan energi migas di Indonesia tetap besar. Hal tersebut sejalan dengan rencana pemerintah dalam meningkatkan produksi minyak nasional yakni sebesar 1 juta barel oil per hari dan gas 12 BSCFD pada 2030 mendatang.

“Dengan demikian, kami industri migas tetap akan fokus menemukan, mengembangkan, memproduksikan minyak dan gas bumi ini. Akan tetapi pada masa energi transisi ini, kami juga akan memberikan perhatian yang cukup besar agar energi fosil ini jadi lebih bersih.Jadi itulah yang kami katakan adanya rencana untuk menurunkan emisi karbon sejalan dengan pencapaian produksi yang lebih tinggi ini yaitu 1 juta barel minyak dan 12 BSCFD gas,” tuturnya.

Direktur Eksekutif IPA

Sementara, Ketua Panitia IPA Convex 2021, Rina Rudd, menambahkan, dalam gelaran IPA Convex 2021 ini juga nantinya akan ada pembahasan mengenai energi transisi.

“Kebutuhan akan energi fosil di Indonesia kalau kita lihat dalam RUEN di 2030-2050 cukup besar. Namun ada satu komponen energi fosil yang harus kita ingat bahwa itulah yang sebenarnya energi transisi yakni gas bumi, karena gas bumi merupakan sumber energi bersih dibandingkan dengan energi fosil lainnya terutama Batubara,” ujar Rina Rudd.

Ia menjelaskan, penggunaan gas bumi di pembangkit tenaga listrik juga dapat mengurangi emisi sampai 50% lebih rendah daripada penggunaan batubara untuk pembangkit tenaga listrik.

“Kita menghasilkan minyak dan gas bumi, dan gas bumi inilah energi transisi kita ke depan,” tutupnya.