ITM Tetap Umumkan Force Majeure Akibat Larangan Ekspor Batubara

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com-PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) masih akan terus memantau dampak kebijakan larang ekspor batubara yang digaungkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM).

Perusahaan telah mengkomunikasikan kebijakan ini kepada seluruh rekan bisnis ITM grup yang terdampak. Force majeure akan berlaku selama pelarangan ekspor batubara belum dibatalkan oleh Pemerintah. Sedangkan untuk demurrage masih dihitung.

“ITM masih akan memantau dampak kebijakan larangan ekspor ini.Perusahaan telah mengkomunikasikan kebijakan ini kepada seluruh rekan bisnis ITM grup yang terdampak. Force majeure akan berlaku selama pelarangan ekspor batubara belum dibatalkan oleh Pemerintah. Sedangkan untuk demurrage masih dihitung,”kata Corporate Communications Head PT Indo Tambangraya Megah Tbk Diana Yultiara kepada ruangenergi.com,Rabu (12/01/2022) di Jakarta.

Melansir keterangan dari situs ITM ,sepanjang paruh pertama 2021, perusahaan ini mampu memaksimalkan keuntungan dari momentum kenaikan harga batu bara setelah sebelumnya menerapkan efisiensi biaya secara disiplin pada saat harga batu bara menurun di tahun 2020.

Kegiatan bisnis berjalan sejalan dengan target-target yang ditetapkan sekalipun kondisi cuaca buruk dan situasi pandemi berkepanjangan. Singkat kata, pada semester pertama 2021 kegiatan operasional dapat berjalan stabil dengan performa keuangan yang semakin kuat.

Program vaksinasi dan penerapan normalitas baru di seluruh dunia telah mendorong pemulihan konsumsi dan permintaan energi, sehingga harga mulai berangsur naik semenjak Oktober tahun lalu. Indeks Newcastle mencatat harga batu bara menyentuh USD 131.41 per ton pada akhir Juni 2021.

Sepanjang paruh pertama 2021, Perusahaan mencatat perolehan rata-rata harga batu bara sebesar USD 74,7 per ton, naik 34% dari USD 55,7 per ton secara tahunan dengan total volume penjualan 9,0 juta ton.  Penjualan bersih tercatat sebesar USD 676 juta pada paruh pertama, sedangkan marjin laba kotor naik 18% dari paruh pertama tahun lalu menjadi 34% pada paruh pertama tahun ini.

Kenaikan harga jual rata-rata yang signifikan ditambah kontrol biaya yang disiplin telah menghasilkan arus kas yang kuat terhadap Perusahaan. EBITDA tercatat sebesar USD 224 juta pada paruh pertama 2021, naik 148% dari periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan laba bersih naik signifikan sebesar 312% dari USD 29 juta pada paruh pertama 2020 menjadi USD 118 juta pada periode yang sama tahun ini.  Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar USD 0,11.

Dari volume target penjualan 21,5-22,4 juta ton untuk tahun ini, Perusahaan telah mendapatkan 79% kontrak penjualan. Sebanyak 56% harga jualnya telah ditetapkan, 24% lagi mengacu pada indeks harga batu bara sedangkan 21% belum terjual.

Perusahaan sepanjang paruh pertama tahun 2021 telah menjual 9,0 juta ton batu bara yang meliputi Tiongkok (2,7 juta ton), Indonesia (1,7 juta ton), Jepang (1,4 juta ton), Filipina (0,7 juta ton), Thailand (0,7 juta ton), dan negara-negara lain di Asia Timur dan Tenggara.

Sampai dengan akhir Juni 2021, total aset Perusahaan tercatat sebesar USD 1.315 juta dengan total ekuitas sebesar USD 906 juta. Perusahaan memiliki posisi kas dan setara kas yang kuat sebesar USD 390 juta dengan posisi total pinjaman bank sebesar USD 40 juta.

Guna menjawab tantangan yang ditimbulkan oleh transformasi sektor energi di masa yang akan datang, rencana bisnis ITM mencakup tiga bidang utama, yaitu bisnis pertambangan, perdagangan dan jasa, serta bisnis terbarukan dan lainnya.

Pada bisnis pertambangan, ITM akan terus melakukan eksplorasi tambang yang dimiliki guna memastikan pertumbuhan cadangan organik dan secara bersamaan mengembangkan tambang batubara yang baru. Selain itu, ITM juga akan melanjutkan studi kelayakan gasifikasi batubara bawah tanah dan mencari peluang bisnis tambang mineral clean tech.