Jakarta,ruangenergi.com-Jika tidak ada eksplorasi jangan harap Indonesia bisa mencapai target produksi 1 juta barel oil per day (BOPD) Itu sebabnya negeri ini membutuhkan investor baru maupun eksisting investor yang fokus untuk eksplorasi minyak dan gas (migas).
Hasil eksplorasi yang berhasil bisa mendongkrak hasil produksi. Umumnya perusahaan oil and gas itu focus pada eksplorasi. Nah jika ada penemuan yang besar baru big company yang mendevelopnya.
Demikian disampaikan praktisi migas Tumbur Parlindungan dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Selasa (05/04/2022) di Jakarta.
Tumbur menuturkan Enhanced oil recovery (EOR) hanya pemanis saja. Menurut dia,EOR itu banyak jenisnya dan kalau mau EOR butuh waktu yang lama dan harus dimulai sejak lapangan itu mulai di produksi.
“Exploration to production itu bisa cepat… Eksplorasi dilakukan di dalam existing facility… Pangkah contohnya lah… Kurang dari 5 tahun bisa langsung produksinya. Nah kalau sumur tua, dilakukan artificial lift atau deepening. Namun kalau EOR butuh process yang lama.Kalau artifical lift atau deepning bagus jika ada prospectnya dibawahnya,contohnya apa yang dilakukan di Amerika Serikat. Mereka berhasil menyentuh kitchen. Sumur unconventional… shale gas and shale oil lah seperti di US. Success ratenya jauh lebih bagus shale oil and shale gas,” papar Tumbur yang pernah menjadi Direktur Utama PT Saka Energi Indonesia.
Tumbur yakin kalau di atasnya ada lapangan minyak, pasti ada source dibawahnya yang bisa di develop. Asal tahu caranya untuk membuat process seperti factory dengan support ecosystem yang bagus.
Dalam catatan ruangenergi.com, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa target produksi 1 juta barel minyak per hari (bph) pada tahun 2030 semakin berat. Hal itu mengingat capaian produksi pada awal tahun 2022 ini masih rendah dan jauh dari yang ditargetkan pada tahun ini.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan target produksi minyak siap jual atau lifting pada tahun ini sebesar 703 ribu bph. Adapun target ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya terealisasi 660 ribu bph.
Namun demikian, di awal tahun ini berdasarkan catatan SKK Migas, realisasi produksi lifting minyak baru mencapai 632 ribu bph. Masih rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh adanya gangguan yang tak direncanakan (unplanned shutdown) di beberapa blok minyak andalan seperti Blok Rokan dan Blok Cepu.
“Bisa bayangkan kalau kita bicara 1 juta barel menjadi sangat berat sekali apalagi dilihat bahwa target kita tahun ini 703 ribu bph,” kata Dwi dalam acara Drilling Summit Tahun 2022, Rabu (22/3/2022).