Presiden Jokowi

Jokowi Sebut Industri Dalam Negeri Kewalahan Karena Fluktuasi Harga Minyak Dunia

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com – Indonesia saat ini tengah menghadapi beberapa persoalan serius terkait dengan kebutuhan dasar masyarakat, yakni sektor energi, sektor pangan dan sektor kesehatan.

Hal tersebut dikatakan oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dalam pembukaan Musyawarah Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2021 yang digelar secara virtual, Selasa (04/05).

Jokowi menambahkan, ketiga sektor ini mutlak diperlukan solusi jitu agar kebutuhan dasar rakyat Indonesia bisa terpenuhi.

Seperti halnya di sektor energi, Jokowi mengatakan harga minyak mentah dunia yang mengalami fluktuasi sangat dinamis, hal ini berakibat pada industri dalam negeri kewalahan.

Sebab harga minyak mentah dunia sangat mempengaruhi seberapa besar pengeluaran negara untuk membayar biaya pembelian minyak. Hal itu karena kebutuhan minyak di dalam negeri juga masih mengandalkan impor.

“Sektor energi bagaimana kesiapan kita di tengah volatilitas harga minyak mentah dunia yang tahu tahu jatuh dari US$ 60 per barel menjadi US$ 20 per barel. Oleh sebab itu bagaimana kita harus rancang strategi besar ulntuk kurangi ketergantungan energi fosil, apakah kita akan ke bio energi atau ke baterai. Nah ini akan menentukan arah riset dan pengembangan energi baru terbarukan,” ungkap Jokowi.

Kemudian, kata Jokowi, terkait persoalan pangan atau agriculture food. Jokowi menilai, Indonesia juga masih bergantung pada impor meskipun kuantitasnya selalu diupayakan diturunkan.

Dijelaskan bahwa Food Agriculture Organization (FAO) mengingatkan agar dunia mengantisipasi potensi terjadinya krisis pangan. Untuk itu perlu strategi dan upaya bersama agar kebutuhan pangan bisa dipenuhi dari produk dalam negeri dan bisa mencegah potensi terjadi krisis pangan.

“FAO udah ingatkan akan terjadi krisis pangan, kelaparan ancam dunia, 153 juta penduduk di dunia terancam kelaparan. Jadi bagaimana kesiapan pangan kita, bagaimana kesiapan industri pengolahan paska panen kita dan rantai distribusinya. Semua itu harus kita lihat lagi,” bebernya.

Selanjutnya, terkait persoalan kesehatan, Jokowi mengungkapkan, persoalan serius yang terjadi adalah ketersediaan obat-obatan yang masih bergantung pada impor bahan baku.

“Bahan baku obat nasional 95% masih mengandalkan impor. Kemudian alat-alat kesehatan juga masih banyak yang harus mengandalkan pasokan dari negara lain,” imbuhnya.

Kemudian, kata Jokowi, persoalan rasio dokter, dokter spesialis, perawat, apoteker dan tenaga medis lainnya juga masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk nasional. Hal ini menjadikan Pekerjaan Rumah (PR) besar bagi pemerintah untuk mencari terobosan-terobosan.

Masih soal kesehatan, Jokowi mengatakan, keterasingan tempat tidur di rumah sakit masih sangat terbatas. Setidaknya ada tempat tidur dengan rasio perbandingan 1,2 per 1.000 penduduk.

Jokowi menilai hal ini sangat tidak wajar, untuk itu perlu upaya bersama agar ketersediaan tempat tidur di rumah sakit dapat ditingkatkan.

“Mengenai rasio jumlah tempat tidur berbanding dengan jumlah tempat tidur, Indonesia masih kecil hanya 1,2 per seribu. Di India 2,7 per seribu, China 4,3 per seribu, dan Jepang 13 per seribu. Lalu soal laboratorium dan peralatannya serta SDM semuanya harus kita hitung karena pentingnya health security, kejadian pandemi ini sadarkan kita semua betapa pentingnya health security,” tutur Jokowi.