Kabar Baik dari Kota Nanas: Survei Seismik Selesai, Potensi ‘Lumbung Migas’ Baru Siap Dongkrak PAD

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Prabumulih, Sumsel, ruangenergi.com – Di atas permukaan tanah Desa Pangkul, Kecamatan Cambai, Prabumulih, Sumatera Selatan, kehidupan warga berjalan seperti biasa. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, sebuah misi senyap namun krusial sedang berlangsung di sana. Misi itu bernama Survei Seismik 3D Edelweiss.

Hari ini, deru mesin vibroseis dan kesibukan tim lapangan resmi berakhir. Pertamina EP bersama PT BGP Indonesia menutup buku kegiatan eksplorasi ini dengan catatan manis: tepat waktu, aman, dan yang paling melegakan—tanpa konflik sosial.

Ini bukan sekadar tentang mencari minyak. Ini adalah kisah tentang bagaimana teknologi canggih bertemu dengan kearifan lokal di Kota Nanas, demi menjaga nyala api energi nasional agar tidak padam.

Tantangan terbesar dalam survei seismik seringkali bukan pada rumitnya struktur geologi, melainkan pada dinamika sosial. Getaran yang dihasilkan alat seismik kerap memicu kekhawatiran warga akan keretakan rumah. Namun, cerita berbeda terukir di Prabumulih.

Dalam acara penutupan kegiatan, suasana hangat terasa kental. Perwakilan Field Supervisor Survei Seismik 3D Edelweiss tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Kuncinya ada pada komunikasi.

“Seluruh proses kompensasi dan klaim rumah retak telah diselesaikan dan dituangkan dalam berita acara,” demikian laporan tim di lapangan.

Tidak ada janji gantung. Setiap retakan didata, setiap keluhan didengar, dan kompensasi dituntaskan di hadapan Kepala Desa. Dukungan Pemerintah Kota Prabumulih membuat “drama” yang biasa menghantui proyek migas menjadi nihil.

Mengapa harus repot-repot melakukan seismik? Kepala Departemen Operasi SKK Migas Perwakilan Sumbagsel, Bambang Dwi, punya analogi menarik. Ia menggambarkan eksplorasi migas tanpa data seismik ibarat berjalan dalam kegelapan—risiko tersandung sangat besar.

“Ketidakpastian dalam menemukan cadangan migas adalah tantangan yang tak terhindari. Tanpa data subsurface yang akurat, risiko kegagalan pengeboran menjadi tinggi,” ujar Bambang.

Hasil dari Survei Edelweiss ini nantinya akan menjadi “peta harta karun” baru. Data berkualitas tinggi yang dihasilkan diharapkan mampu memperkecil risiko kegagalan (dry hole) saat mata bor nanti menembus bumi.

Lebih jauh, Bambang menegaskan bahwa keringat para pekerja di lapangan ini adalah kontribusi nyata bagi Asta Cita Presiden RI. Mereka sedang berjuang mewujudkan ketahanan energi, memastikan bahwa Pertamina Zona 4 tetap menjadi tulang punggung produksi migas di Sumatera Bagian Selatan.

Bagi Walikota Prabumulih, selesainya survei ini membawa angin segar harapan. Hubungan harmonis antara Pertamina EP dan pemerintah daerah bukan hanya soal kelancaran proyek, tapi soal masa depan ekonomi warganya.

Jika data seismik ini berhasil menemukan cadangan baru, dampaknya akan berantai. Produksi naik, Dana Bagi Hasil (DBH) Migas bertambah, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat. Muaranya adalah kesejahteraan masyarakat Prabumulih.

Penandatanganan Berita Acara Penutupan Kegiatan Survei Seismik 3D Edelweiss menjadi simbol akhir dari satu fase, sekaligus awal dari fase berikutnya. Kini, bola ada di tangan para ahli geologi untuk menerjemahkan data tersebut menjadi titik-titik pengeboran baru.

Di bawah tanah Prabumulih, harapan itu kini tersimpan, menunggu waktu yang tepat untuk dialirkan menjadi energi bagi negeri.