Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menerbitkan buku yang berjudul APBN Kita Kinerja dan Fakta 2020, berisikan Keleidoskop 2020, di masa Pandemi Covid-19.
“Belanja pemerintah pusat tahun 2020 lebih tinggi dari tahun lalu. Ini menunjukkan APBN berusaha bekerja luar biasa dan harus kita
jaga ke depan. Inilah yang menjadi desain konsolidasi, tetapi tetap mendukung perekonomian agar betul-betul pulih,” ungkap Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam buku Keleidoskop 2020.
Di mana tahun 2020 diawali dengan optimisme bahwa akan terjadi perbaikan perekonomian dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, optimisme tersebut memudar dengan cepat seiring dengan merebaknya Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang menjadi Pandemi.
Pasalnya, Pandemi Covid-19 telah mengubah drastis arah pembangunan global dari optimisme pemulihan ekonomi pada awal 2020, menjadi krisis perekonomian yang memengaruhi kehidupan sosial, kesejahteraan, dan finansial.
Hingga akhir tahun 2020, Pandemi Covid-19 masih terus eskalatif secara global dengan kematian mencapai milestone 1,7 juta dan jumlah tersebut masih meningkat hingga kini.
Kebijakan pembatasan mobilitas manusia atau lockdown yang dilakukan oleh berbagai negara dunia turut berpengaruh terhadap melemahnya perdagangan dan kinerja perekonomian global, yang berimbas pada penurunan harga komoditas dunia, termasuk ICP (Indonesian Crude Price).
Setelah sempat mengalami penurunan yang cukup tajam hingga mencapai kisaran US$20 per barel pada bulan April 2020, harga minyak perlahan-lahan mengalami peningkatan seiring dengan tanda-tanda pemulihan ekonomi dan perdagangan negara-negara mitra dagang Indonesia, serta sentimen positif ketersediaan vaksin dan kebijakan OPEC yang mengatur produksi hingga triwulan I tahun 2021.
Sehingga, rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) pada tahun 2020 mencapai US$40 per barel. Sejalan dengan dampak pandemi Covid-19 yang memengaruhi kinerja demand dan supply, lifting migas Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Lifting migas tahun 2020 diperkirakan mencapai 1.688 ribu barel setara minyak per hari, yang terdiri atas lifting minyak sebesar 705 ribu barel per hari dan lifting gas sebesar 983 ribu barel setara minyak per hari.
Selain itu, Pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap kinerja fundamental ekonomi Indonesia yang berpengaruh terhadap pencapaian target indikator kesejahteraan masyarakat. Perbaikan indikator kesejahteraan masyarakat yang selama ini berhasil dicapai oleh Pemerintah kembali menghadapi tantangan besar dengan terjadinya peningkatan pengangguran dan tingkat kemiskinan.
Meskipun perkembangan vaksin sangat positif, namun adanya virus strain baru dengan tingkat penularan jauh lebih tinggi menjadi tantangan bagi seluruh negara
memasuki tahun 2021.
Di tengah kasus Covid-19 yang masih tinggi, optimisme program vaksinasi membawa tren penguatan ekonomi global yang terus berlanjut, tercermin pada kinerja manufaktur global. Kondisi ini didorong oleh membaiknya kegiatan perekonomian yang terjadi di negara maju serta di beberapa negara besar Asia.
Pemulihan ekonomi global diproyeksikan akan terus berlangsung terutama didukung oleh stimulus di berbagai negara serta mulainya program vaksinasi. Kondisi ini diharapkan dapat menjadi momentum pemulihan di akhir tahun 2020 untuk memasuki tahun 2021.
Kinerja Perekonomian di tengah Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan pada awal tahun 2020 hingga mengalami kontraksi sebesar 5,32% year on year (yoy) pada triwulan II tahun 2020. Namun, sinyal pemulihan perekonomian domestik mulai terlihat pada triwulan III tahun 2020 yang mampu tumbuh 5,05% (qtq) atau mengalami kontraksi sebesar 3,49% yoy.
Sinyal perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2020 berpotensi untuk tetap dipertahankan dimana pertumbuhan pada triwulan IV diproyeksikan berada pada kisaran negatif 2,9% sampai dengan negatif 0,9% yoy.
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 diprakirakan akan berada pada kisaran negatif 2,2% hingga negatif 1,70%. Perbaikan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2020 tersebut diharapkan akan menjadi titik balik pemulihan ekonomi nasional di tahun berikutnya dengan dukungan kebijakan fiskal yang ekspansif
konsolidatif.
Tingkat inflasi tahun 2020 berada pada level yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,68% yoy. Rendahnya inflasi tahun 2020 tersebut terutama dipengaruhi oleh melemahnya permintaan domestik akibat
pandemi Covid-19.
Namun, kenaikan inflasi yang mulai terjadi di bulan Oktober, setelah mengalami deflasi di bulan Juli hingga September, menunjukkan sinyal mulai adanya perbaikan tingkat permintaan dan konsumsi yang berpengaruh positif pada perekonomian domestik.
Sebagai upaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya. Turunnya suku bunga acuan tersebut mengakibatkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan pada tahun 2020 mencapai 3,19%, atau lebih rendah dibandingkan dengan asumsi dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020 yang sebesar 4,5%.
Rata-rata nilai tukar Rupiah (JISDOR) terhadap dolar Amerika Serikat pada tahun 2020 mencapai Rp14.577 per US$. Kembali stabilnya volatilitas pasar keuangan yang mendorong pulihnya aliran modal ke pasar keuangan domestik, peningkatan PMI manufaktur yang menandai terjadinya pemulihan ekonomi, perkembangan neraca
perdagangan, dan optimisme perkembangan vaksin di dalam negeri turut menjadi sentimen positif pasar keuangan domestik yang menopang nilai tukar Rupiah.
Meskipun demikian, Rupiah masih terdepresiasi 1,51% dibandingkan nilai tukar awal tahun 2020.
Hal tersebut menyebabkan tingkat pengangguran terbuka per Agustus 2020 mencapai 7,07% atau mengalami
peningkatan dibandingkan periode Agustus 2019 yang sebesar 5,28%.
Sementara itu, tingkat kemiskinan per Maret 2020 naik menjadi 9,78% dari 9,41% pada Maret 2019 serta tingkat ketimpangan atau rasio gini juga meningkat dari 0,380 per September 2019 menjadi 0,381 pada Maret 2020.
Kinerja Pelaksanaan APBN Tahun 2020 Peran APBN tahun 2020 dalam mengendalikan perekonomian dapat berjalan secara efektif sebagai instrumen countercyclical dalam menjaga pertumbuhan ekonomi domestik.
Pemerintah pada tahun 2020 telah melakukan kebijakan fiskal yang ekspansif dengan mengalokasikan stimulus ekonomi yang komprehensif, salah satunya berfokus pada jaringan pengaman sosial (social safety net). Hal ini dilakukan agar daya beli masyarakat miskin dan rentan meningkat, yang berdampak signifikan terhadap perekonomian domestik.
Kebijakan ekspansif dilakukan secara terkendali tersebut menjadikan defisit anggaran hingga akhir tahun 2020 mencapai 6,09% terhadap PDB, atau tetap terjaga tidak melebihi target yang ditetapkan dalam APBN Perpres 72 tahun 2020 sebesar 6,34% terhadap PDB.
Realisasi sementara pendapatan negara mencapai Rp1.633,59 triliun (96,10% dari target APBN Perpres 72 tahun 2020), jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2019, pendapatan negara mengalami kontraksi 16,68%. Realisasi pendapatan negara terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp1.282,77 triliun (91,33% dari target APBN Perpres 72 tahun 2020), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp338,53 triliun (115,09% dari APBN Perpres 72 tahun 2020), dan penerimaan hibah Rp12,29 triliun.
Capaian realisasi penerimaan perpajakan terkontraksi 17,03% dibandingkan realisasi tahun 2019 sebagai dampak perlambatan ekonomi dan pemanfaatan stimulus perpajakan oleh dunia usaha. Realisasi penerimaan perpajakan terdiri atas penerimaan pajak serta penerimaan kepabeanan dan cukai.
Realisasi penerimaan pajak mencapai Rp1.069,98 triliun (89,25% dari target APBN Perpres 72 tahun 2020) atau mengalami kontraksi 19,71% dibandingkan realisasi tahun 2019.
Tekanan terhadap penerimaan pajak antara lain dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian akibat dampak Covid-19 dan pemanfaatan insentif pajak untuk dunia usaha. Meskipun masih berada dalam zona kontraktif namun penerimaan pajak mulai menunjukkan tren perbaikan terutama pada triwulan IV seiring dengan membaiknya aktivitas dunia usaha dan sosial-ekonomi di masyarakat.