Jakarta, ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Papua Maluku (Pamalu) menyampaikan kabar bahwa Universitas Pattimura (Unpatti) terlibat dalam penyusunan dokumen analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL) Lapangan Abadi, Blok Masela.
Unpatti diwakili 4 orang dosen yang terlibat dan memaparkan kajian disaat sidang Komisi Amdal blok Masela pada 24 Januari 2022, bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Sejauh yang kami pantau, Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon hanya baru terlibat dalam penyusunan Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dimana difokuskan pada Analisis Dampak Sosial dan Budaya dari kegiatan blok Masela, diwakili 4 Dosen yang terlibat dan memaparkan kajian disaat Sidang Komisi Amdal Blok Masela tanggal 24 Januari 2022 bersama KLHK, Pemda Kabupaten Kepulauan Tanimbar, tokoh adat dari 10 desa terdampak di Tanimbar, dan Pemda MBD dengan tujuan untuk menampung aspirasi masyarakat,” kata Kepala Perwakilan SKK Migas Pamalu Subagyo dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Jumat (02/02/2024), di Jakarta.
Informasi yang diterima ruangenergi.com, akademisi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku mengemukakan bahwa lapangan abadi Blok Masela bisa menjadi tulang punggung produksi migas secara nasional.
“Blok Masela memiliki peran strategis dalam industri hulu migas nasional. Blok Masela menjadi salah satu tulang punggung dalam meningkatkan produksi minyak dan gas untuk mendukung keberlanjutan pembangunan dan tumbuhnya industri nasional pengguna gas di tanah air,” kata Ketua Pengelola Laboratorium Terpadu Pendukung (LTP) Blok Masela Unpatti Ir Erick Wattimena, di Ambon, Rabu.
Erick mengatakan bahwa berdasarkan beragam penelitian, Blok Abadi Masela memiliki cadangan gas yang luar biasa dan saat ini adalah yang terbesar di Indonesia.
“Dari lapangan ini akan diproduksi 9,5 million metric tonnes per annum (MMTPA) LNG, 150 million standard cubic feet per day (MMSCFD) gas pipa, dan 35,000 barrel/day kondensat, sehingga menjadi tulang punggung bagi peningkatan produksi migas nasional untuk mencapai target 2030 yang telah ditetapkan yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD),” kata dia.
Ia melanjutkan bahwa dampak ikutan dari proyek abadi Masela juga akan dirasakan oleh pemerintah dan masyarakat daerah, antara lain PI 10 persen untuk pemerintah daerah, serta pembangunan kilang secara onshore akan turut mendukung menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi pada perekonomian di daerah serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya.
Apalagi saat ini PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bekerjasama dengan Petronas telah mengambil alih pengelolaan lapangan abadi Blok Masela, dengan mengakuisisi 35 persen Participating Interest (PI) milik Shell Upstream Overseas Services Ltd (SUOS).
Oleh sebab itu saat ini Unpatti tengah menyiapkan tim kajian potensi dan dampak dari operasi pengelolaan lapangan abadi Blok Masela untuk kepentingan masyarakat.
“Tim kajian itu dibentuk dari sembilan fakultas yang ada di Universitas Pattimura, kami melihat akademisi yang memiliki potensi-potensi untuk pengembangan kedepannya,” ujarnya lagi.
Saat ini para peneliti tersebut sedang melakukan pengkajian perorangan sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing.
Dia menegaskan bahwa Laboratorium Terpadu Pendukung Blok Masela Unpatti hadir untuk memberikan beragam hasil penelitian dan pengkajian terkait Blok Masela itu, agar dapat rujukan bagi pengambilan keputusan pemerintah pusat maupun daerah.
“Bukan hanya untuk mahasiswa, tapi laboratorium ini juga akan melibatkan pemangku kepentingan terkait untuk mempresentasikan hasil kajian-kajian kami yang berdampak pada masyarakat,” kata dia menjelaskan.