Jakarta, ruangenergi.com – Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga menilai, head to head antara energi terbarukan dan batubara masih sulit terjadi. Sebab, masih ada kebijakan domestic market obligation (DMO) batubara untuk pembangkit listrik yang harganya dipatok 70 Dollar AS per ton, yang berarti tidak mengikuti dinamika pasar.
“Kami dari Energy Watch menilai, hanya jika ada disinsentif berupa pajak karbon untuk batubara, head to head batubara dan energi terbarukan bisa terjadi. Energi terbarukan sulit bersaing dengan DMO batubara, apalagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara mulut tambang. Saat ini yang bisa head to head itu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan pembangkit energi terbarukan saja,” ucap Daymas melalui keterangan tertulis pada Senin, (25/12/2023).
Pemerintah dan DPR saat ini masih mengharmonisasi Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET) untuk disahkan. RUU tersebut diharapkan memberi kepastian hukum dalam pengembangan energi terbarukan sehingga akselerasi dapat lebih optimal. Namun, masih ada hambatan di lingkup internal pemerintah, yakni Kementerian ESDM serta Kementerian Perindustrian, yang belum satu suara terkait tingkat komponen dalam negeri (TKDN) energi terbarukan.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memacu pengembangan energi terbarukan, terlebih harga jual listriknya semakin kompetitif.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pada 2016, harga jual listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap dan Jeneponto di Sulawesi Selatan sekitar 10,9 sen dollar AS per kilowatt jam (kWh). Pada 2024 ada kontrak baru dengan harga di bawah 6 sen dollar AS per kWh.
Adapun harga jual listrik Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat yakni, 5,8 sen dollar AS per kWh. Menurut Dadan, hal tersebut menunjukan energi terbarukan semakin siap bersaing dengan fosil, seperti batubara. Dengan demikian, diharapkan Pembangkit energi terbarukan semakin baik dalam hal keekonomian dan akan meningkatkan bauran energi terbarukan.
”(Seiring harga tarif yang makin kompetitif) Narasi yang ingin dibangun ialah sudah tak ada alasan lagi untuk tidak mengembangkan energi terbarukan. Sumbernya sudah jelas. (PLTS misalnya) Matahari ada setiap hari dan tahu kapan datang dan perginya. Juga sudah tahu berapa radiasinya dan setiap 1 megawatt peak akan keluar listrik berapa,” kata Dadan.