PLTP Sorik Marapi

Kejar Target Transisi Energi, METI : Bahu Membahu Bangun PLTP

Jakarta, Ruangenergi.comMasyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menyatakan kini saatnya Indonesia memacu pemanfaatan energi yang bersumber dari panasbumi (Geothermal).

Pasalnya, potensi panasbumi yang dimiliki Indonesia merupakan terbesar di dunia yakni sebesar 23,9 gigawatt (GW). Akan tetapi, pemanfaatan baru sekitar 2,13 GW atau 8,9% dari potensi yang tersedia.

Ketua umum METI, Surya Dharma, mengatakan, sudah bukan saatnya lagi Indonesia untuk meninggalkan panasbumi, justru harus bahu membahu membangun PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi) dengan lebih cepat agar target transisi energi Indonesia bisa tercapai.

“Seharusnya target panasbumi untuk kelistrikan harus lebih besar lagi karena kita memiliki potensi panasbumi yang terbesar di dunia. Sekarang masih dipegang oleh Amerika serikat. Tapi karena potensinya dimiliki Indonesia, maka seharusnya Indonesia harus bisa menjadi center of excellent panasbumi dunia,” ungkapnya Surya kepada Ruangenergi.com, (01/03).

Ia menjelaskan bahwa pandangan panasbumi adalah energi yang paling sedikit mengasilkan emisi karbon merupakan sesuai dengan fakta sebagai keunggulan panasbumi yang sudah dipahami banyak ahli termasuk Indonesia.

Bahkan, lanjutnya, panasbumi juga termasuk energi yang paling handal dan berkelanjutan dibandingkan dengan energi lainnya.

“Disebut handal karena faktor kapasitas pembangkitan PLTP itu bisa mencapai 100% dan rata-rata tahunan mencapai sekitar 95%. Energi yang dihasilkan dari pembangkitan lainnya tidak ada yang sama dengan panasbumi disebabkan karena pengaruh cuaca, sumber energi primer yang harus diangkut yang bisadipengaruhi oleh berbagai keadaan,” jelasnya.

Belum lagi terkait penggunaan lahannya yang sangat terbatas, sehingga tidak harus membuka lahan yang besar untuk menghasilkan listrik yang setara jika dibandingkan dengan PLTU dan lain-lain. Demikian juga dengan harga yang relatif stabil untuk jangka waktu selama masa kontrak perjanjian jual beli listrik.

“Tidak heran kalau banyak negara mengandalkan energi panasbumi sebagai base load pemakaian listrik secara nasional. Karena itu dari sisi harga yang digunakan adalah harga energi mix-nya bukan kompetisi dari satu pembangkit dengan pembangkit lainnya karena perbandingannya tidak (aple to aple),” bebernya.

Ia melanjutkan, untuk itu, sudah sewajarnya dan selayaknya pemerintah harus lebih memperhatikan untuk mengembangkan panasbumi sesuai dengan RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) yang sudah dicanangkan pemerintah.

Memang masih ada upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk tidak menggunakannya secara optimum termasuk tidak mengembangkan sesuai dengan target KEN (Kebijakan Energi Nasional) yang seharusnya 7.GW tahun 2025 dan sampai saat ini baru hanya 2,13 GW yang sudah masuk dalam jaringan komersial terutama yang dilakukan oleh Pertamina melalui PGE (Pertamina Geothermal Energy) dan beberapa lainnya oleh mitra kerjanya dalam bentuk kontak operasi bersama.

Hanya sedikit dilakukan melalui Geodipa dan beberapa lapangan baru oleh Supreme Energy di Muara Labuh dan KS Orka di Sorik Marapi. Menurutnya, kendala utama selama ini yang dihadapi adalah kepastian hukum dalam di bidang panasbumi termasuk daya tarik investasi yang sangat rendah.

“Karena itu, jika harapan Profesor Tsuchiya Noriyoshi, Ph.D dari Graduate School of Environmental Studies Universitas Tohoku, Jepang ingin diwujudkan, maka perlu keseriusan dari pemerintah agar aspek kendala dan kemungkinan resiko dalam pengembangan pansbumidi indonesia bisa dikurangi dan jika bisa dihilangkan,” kata Surya.

Wacana Holding Panasbumi

Surya melanjutkan, terkait wacana pembentukan holding pansbumi, dirinya menilai hal tersebut perlu dilakukan.

“Saya kira bisa saja itu dilakukan sejauh ada kajian yang mendukung. Beberapa tahun lalu pada awal tahun 2000-an, juga pernah ada kajian yang saat itu adalah perlunya BUMN panasbumi dan kelanjutan pembentukan PT Panasbumi Indonesia sebagai join venture antara Peramina dan PLN. Harapannya tentu akan melahirkan sinergi yang lebih baik dalam membangun PLTP di Indonesia sesuai dengan kompetensi masing-masing,” imbuhnya.

Saat ini, kompetensi itu masih dimiliki dengan baik oleh Pertamina yang sekarang bahkan sudah mencanangkan untuk membangun 1,3 GW listrik dari panasbumi.

“Ini berarti, jika sinergi ini bisa dibangun lebih cepat tentu saja akan bisa mempercepat pembangunan PLTP dimasa mendatang,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *