Jakarta,ruangenergi.com-Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan masalah yang menjadi kendala dalam pengembangan coal bed methane (gas metana batubara) adalah tingginya biaya pengembangan sumur dan tumpang tindih lahan.
Itu sebabnya sangat diperlukan solusi untuk mengatasi kendala tersebut,khususnya masalah tumpang tindih lahan.
“Potensi CBM mah ada di Indonesia…. Cuma kan biasanya bentrok dengan tambang batu bara… rebutan di surface nya.Ini perlu dicarikan solusinya,” kata Kepala Divisi Perencanaan Eksplorasi SKK Migas Shinta Damayanti kepada ruangenergi.com,Kamis (08/07/2021) di Jakarta.
Shinta menuturkan, saat ini SKK Migas menantikan kelanjutan pengembangan lapangan Tanjung Enim yang dioperatori oleh Dart Energy (Tanjung Enim) Pte Ltd.
“Yang Tanjung Enim aja yang baru aja disetujui PoD-nya. Belum kelihatan apa-apa.Pod nya baru aja disetujui. Mereka belum revisi work program and budget (WPNB) untuk pengembangannya,” tutur Shinta.
Dalam catatan ruangenergi.com, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menyetujui amendemen rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD) coal bed methane (CBM) menggunakan skema gross split di Blok Tanjung Enim. Ini adalah untuk kali pertama skema gross split diterapkan pada blok migas non konvensional (CBM) produksi.
Perubahan kontrak kerja sama (KKS) dari skema cost recovery menjadi skema gross split telah disetujui pada 4 Mei 2021 oleh Menteri ESDM.
“Rencana pengembangan ini diperkirakan meningkatkan produksi gas nasional pada 2023 dengan tingkat produksi puncak dari Area A dan B Tanjung Enim sebesar 25,74 MMscfd dan meningkatkan pendapatan negara dari bagi hasil dan pajak yang diperkirakan mencapai lebih dari US$150 juta dengan rencana investasi senilai US$170 juta,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam acara Oil And Gas Investment Day, Kamis (17/6/2021).
KKS Tanjung Enim pertama kali ditandatangani pada 2009. Kontraktor KKS CBM Tanjung Enim terdiri atas operator Dart Energy (Tanjung Enim) Pte. Ltd. (Dart Energy) serta mitranya PT Bukit Asam Metana Enim (BAME) dan PT PHE Metra Enim.
Hingga 2018, KKS CBM Tanjung Enim telah melakukan beberapa kegiatan eksplorasi, antara lain pengeboran 13 sumur eksplorasi terdiri atas sumur inti dan sumur produksi. Berdasarkan data eksplorasi dan evaluasi bawah permukaan, Area A dan B memiliki cadangan CBM sebesar 127,93 Bscf dari Formasi Muara Enim.