BPH Migas

Kepala BPH Migas Tinjau Langsung SPBB Krapyak Lor Pekalongan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Pekalongan, Ruangenergi.comBadan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melakukan tinjauan langsung ke SPBB (47.511.05) Jasa Mina kawasan PPNP, Krapyak Lor, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Dengan didampingi SBM III Pertamina Pekalongan Dimas Aji Kharisma, Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa berkunjung ke SPBB Jasa Mina (milik Perum Perindu) diterima oleh Manager SPBB Indah Wahyu dan bagian administrasi Wahyu.

Kepala BPH, M Fanshurullah AsaMigas, menanyakan seputar konsumen pengguna SPBB. Perbincangan ringan dimulai dari stok bulanan BBM subsidi 200 KL dan estimasi rata-rata harian konsumen 6 KL.

Manager SPBB Indah Wahyu, mengatakan bahwa dalam satu bulan kemarin stok BBM habis, sebelumnya pada bulan-bulan awal tahun sepi, tapi sudah kembali normal.

Kepala BPH Migas

“November kemarin habis 200 KL, tapi bulan ini diperkirakan berkurang karena gelombang besar. Imbuh Wahyu, pelanggan kisaran 60 kapal kecil-kecil yang menjangkau 12 mil, salah satunya kapal Arek-Arek dari Rembang yang mengisi disini dengan rekomendasi dari Dinas Kota Pekalongan, juga kapal-kapal nelayan yang menangkap ikan sampai Sulawesi yang kembali 4 bulan sekali,” ungkap Wahyu, (21/11).

Ia menjelaskan, untuk nelayan kapal-kapal kecil salah satunya jenis ikan tongkol ditangkap yang hasilnya ditampung TPI disini yang sudah ada fasilitas cold storage.

“Ada juga yang 8 bulan sekali kapal kembali, yang ditangkap ikan Tongkol dan ikan Layang. Untuk jenis kapal besar BBM yang digunakan non subsidi,” terang Wahyu.

Menurutnya, musim gelombang besar, Desember – Januari umumnya kapal tidak melaut, karyawan biasa menunggu bantuan subsidi dari pemerintah. Terlebih lagi di tengah situasi yang Pandemi.

“Saat Corona (Covid-19) konsumen BBM jauh menurun, kisaran 60 KL terpakai sebulan,” paparnya.

Untuk non subsidi, lanjut Wahyu, sejauh ini belum pernah melayani diluar keperluan kapal, menurutnya belum pernah melayani diluar itu. Kalau SPBN ada di Wonokerto dengan list kapal berbeda daripada disini.

“Kalau penyalahgunaan BBM subsidi di lingkungan SPBB yang wilayah kerjanya sampai TPI, menurut Wahyu tidak ada, namun jika diluar wilayah itu bisa saja terjadi. Untuk kapal yang perjalanan 6 sampai dengan 8 bulan, biasa mengisi sampai dengan 60 KL, dengan selebihnya ditampung tanki cadangan,” imbuhnya.

Terkait pesan Wantimpres Habib Luthfi bin Yahya, mendalami informasi perihal dugaan adanya kapal yang mengisi BBM di Juana, Indah Wahyu mengungkapkan, hal tergantung kondisi.

“Saat muara dangkal memang harus ditarik 2 tugboat, sehingga menghindari itu, apalagi lelang ikan disana, maka tentu mengisi disana. Ketentuan, tidak akan ada list duoble. Untuk di Juana hanya kapal-kapal besar. Kalau yang mengisi disini yang penting ada rekomendasi kami Layani, kami tidak tahu terdaftar atau tidak di tempat lain, tapi rasanya gak mungkin,” tandas Indah Wahyu.