Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Senyum sumringah tampak di wajah seorang pegawai perempuan SKK Migas yang tengah memantau lifting kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di atas kapal di kawasan Sumatera bagian Selatan. Dia tersenyum karena mendengar kabar baik datang dari Jakarta.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto baru saja memaparkan capaian dan outlook produksi migas nasional 2025 di hadapan Komisi VII DPR RI, Rabu (12/11/2025).
Hingga 10 November 2025, total produksi minyak dan gas nasional—termasuk NGL dan DSLNG—mencapai 606.020 barel setara minyak per hari (boepd). Angka ini memberi harapan bahwa target lifting nasional masih aman di jalur.
“Outlook hingga akhir tahun menunjukkan total produksi diperkirakan mencapai sekitar 608.100 boepd, dan target lifting nasional sekitar 607 ribu boepd masih berada dalam jangkauan,” ujar Djoko optimistis.
Dari sisi kontribusi, ExxonMobil Cepu Ltd. (EMCL) masih menjadi penyumbang terbesar dengan produksi 153.932 barel per hari, diikuti Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang mencatat 151.053 barel per hari. Pertamina EP menempati posisi ketiga dengan 68.504 barel per hari.
Selain tiga besar tersebut, sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lain juga berperan penting, seperti Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Energi ONWJ, dan Medco E&P Natuna Ltd.
Namun, perjalanan menjaga produksi tidak selalu mulus. Djoko menjelaskan berbagai tantangan teknis yang dihadapi di lapangan.
“Pada kuartal pertama, PHR menghadapi kebocoran pipa 30 inci CVC dan gangguan kelistrikan di Substation Bekasap. Sementara EMCL mengalami kenaikan gas-oil ratio (GOR),” jelasnya.
Memasuki kuartal ketiga, kegiatan planned shutdown di lapangan EMCL serta maintenance di proyek PEPC JTB turut menahan laju produksi.
“Meski menghadapi tantangan teknis dan alamiah, kami terus berkoordinasi dengan KKKS untuk menjaga stabilitas lifting dan mempercepat penanganan gangguan di lapangan,” tambah Djoko.
Selain kinerja lifting, Djoko juga menyoroti perkembangan Partisipasi Interes (PI) 10% bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hingga kini, 11 Wilayah Kerja (WK) telah menyelesaikan proses pengalihan PI, sementara 68 WK lainnya masih dalam tahap penyelesaian.
Beberapa wilayah kerja yang telah tuntas di antaranya ONWJ, Mahakam, Siak, Ketapang, Rokan, Kampar, Mahato, dan Sanga Sanga.
“Program PI 10% merupakan wujud komitmen pemerintah memperkuat peran daerah dalam pengelolaan sumber daya migas. Ini bukan sekadar bagi hasil, tapi bentuk nyata keadilan energi,” tegas Djoko.
SKK Migas terus menegaskan komitmennya untuk mencapai target produksi jangka panjang 1 juta barel minyak dan 12 BSCFD gas per hari.
Upaya percepatan proyek baru, efisiensi operasi, serta pemanfaatan teknologi menjadi kunci menjaga tren positif lifting nasional.
“Kami tetap optimistis. Dengan dukungan DPR dan seluruh pemangku kepentingan, target produksi nasional bisa terus meningkat secara berkelanjutan,” pungkas Djoko.
Sementara itu, di ruang kontrol yang jauh dari gedung parlemen, pegawai SKK Migas tadi kembali menatap layar produksinya.
Bagi sebagian orang, angka-angka lifting mungkin hanya statistik.
Namun baginya, setiap barel yang tercatat adalah hasil kerja keras ribuan insan migas di seluruh penjuru negeri — yang terus menyalakan energi bagi Indonesia.













