Jakarta, ruangenergi.com- Kabar baik datang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), yang menyampaikan Kepco berniat untuk masuk ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 9 dan Jawa 10.
KEPCO, atau Korea Electric Power Corporation, adalah perusahaan utilitas listrik terintegrasi yang berbasis di Korea Selatan.
“KESDM sudah menerima kunjungan KEPCO senin yang lalu (10/06/2024), menyampaikan investasi di Jawa 9 dan 10. Tidak menyinggung tentang LNG,” kata Sekretaris Jenderal KESDM Dadan Kusdiana dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Rabu (12/06/2024), di Jakarta.
Dadan tidak memerinci lebih jauh kapan dan bagaimana Kepco akan masuk di PLTU Jawa 9 dan Jawa 10 tersebut.
Dalam catatan ruangenergi.com, pembangkit listrik USCR (Ultra Selective Catalytic Reduction) Jawa 9 dan 10 akan menjadi pembangkit listrik hybrid pertama yang menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau dalam proses produksinya.
Nota kesepakatan atau MoU antara PT Indo Raya Tenaga (IRT), sebagai pemilik dan operator PLTU Jawa 9 dan 10 dengan Doosan Enerbility yang disaksikan oleh pemerintah kedua negara, Indonesia dan Korea Selatan, dalam rangkaian Pertemuan Meja Bundar Bisinis KTT ASEAN.
Pembangkit ini bersama pembangkit lain ‘kembarannya; di Korea, diharapkan bisa menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau yang bertujuan untuk mendukung kebijakan net zero emission kedua negara; baik RI maupun Korea Selatan.
“Kenapa PLTU Jawa 9 dan 10 menginisiasikan green ammonia, karena seperti kita ketahui Jawa 9 dan10 merupakan satu-satunya pembangkit yang menggunakan teknlologi SCR di Indonesia. Karena adanya teknologi itu, Jawa 9&10 bisa dianggap sebagai power plant hybrid yang menjadikan amonia sebagai bahan bakar hingga 60%-nya. Nah, hal itu sudah di-review dengan PLN engineering dan hasilnya memuaskan,” jelas President Director Indo Raya Tenaga didampingi Yeonin Jung selaku President (COO Doosan) Peter Wijaya, Kamis (7/9/2023), di Jakarta.
Peter menjelaskan, MoU merupakan kesepakatan kedua pihak untuk melakukan studi bersama untuk mengembangkan roadmap dan perencanaan atas permintaan dan rantai pasokan amonia hijau di Indonesia. Diakuinya, hingga saat ini, belum ada pembangkit yang menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau secara komersial.
Namun, hasil review yang dilakukan pihaknya bersama pemangku kepentingan di Korea, seperti Kepco (Korea Electric Power Corporation) Research Institute, kemudian Komipo (Korea Midland Power Co. Ltd), dan pabrikan yaitu Doosan, beberapa waktu lalu, menyimpulkan hal sangat positif.
Didapati, bahwa boiler pada pembangkit berteknologi SCR ini memang bisa menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau sampai 60% dari materi energi yang dipakai guna produksi listriknya.