Ketika PSN Hulu Migas Butuh Kapal, Ayo Pengusaha Kapal Rebut

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor Hulu Migas Indonesia yakni  Asap Kido Merah yang dioperasikan oleh Genting Oil Kasuri , Indonesia Deepwater Development & Geng North oleh ENI Indonesia, UCC yang digarap oleh bp Indonesia, dan Abadi Masela oleh Inpex Masela Ltd, dipastikan akan butuh kapal.

Ada berbagai jenis kapal dibutuhkan untuk menunjang produksi dan distribusi keempat PSN yang akan berproduksi hingga tahun 2030.

“Di sini saya sampaikan beberapa proyek strategis nasional yang melibatkan perkapalan. Ini ada empat proyek strategis nasional, mungkin Bapak dan Ibu sering mendengarnya di media.Tidak lupa adalah Abadi Masela, karena di sini di Abadi Masela nanti ada FPSO, ada tanker-tanker, dan ada banyak sekali kapal penunjang yang nanti diperlukan,” kata Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK Migas Hendratmi Susilowati dalam acara HSSE Talkshow ‘Driving Terminal and Marine Operation Excellence through Proactive Safety Assurance’, , Selasa (27/5/2025), di Jakarta.

Hendratmi  menilai prospek usaha perkapalan di Indonesia cukup cerah dimana tingginya prospek bisnis kapal di Indonesia bisa meningkat lantaran sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia membutuhkan kapal untuk menunjang operasi dan distribusinya.

Dia mengungkapkan ada banyak proyek migas di seluruh wilayah Indonesia yang akan berproduksi dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan yang akan membuat permintaan atas kapal meningkat.

“Di setiap proyek offshore itu pasti membutuhkan kapal. Apakah kapal penunjang, apakah kapal untuk konstruksi, dan juga kalau ada terminal berarti nanti ada kapal untuk offtake juga. Dan dari proyek ini ada beberapa yang membutuhkan untuk floating production storage dan juga floating storage saja,”ucap Hendratmi lagi.

527 Kapal

Hendratmi mencatat hingga saat ini total kapal yang beroperasi di Indonesia khusus untuk sektor migas mencapai 527 kapal yang dioperasikan oleh sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di dalam negeri.

“Jadi kami saat ini ada 38 KKKS offshore yang menggunakan kapal, kemudian kami ada 55 marine terminal, kemudian 22 pilotage dan towage area. Kemudian kami juga mengoperasikan 20 floating production, floating storage, dan floating production unit, itu ada 20 baik statusnya sebagai sewa ataupun aset negara,” paparnya.

Adapun, dia membeberkan terdapat lebih dari 120 coverage dari peta laut, yang mana hingga saat ini pihaknya mengoperasikan hingga 630 platform.

“Ada yang sudah memang saatnya untuk di-decommissioning, nah untuk decommissioning sendiri juga ini sangat menarik,” tegas Hendratmi di hadapan peserta ajang Indonesia Maritime Week (IMW) 2025 yang digelar pada 26–28 Mei di Jakarta International Convention Center (JICC), Jakarta.