Kilang Pertamina Plaju Raih Indonesia Green Award 2025 dari La Tofi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com – Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju Palembang, Sumatera Selatan memperoleh penghargaan Indonesia Green Award (IGA) 2025 dari La Tofi School of Social Responsibility.

Hal ini disampaikan Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Siti Rachmi Indahsari, dikutip di Jakarta, Senin.

“Januari 2025 ini, perusahaan pengolahan migas dan petrokimia yang beroperasi di wilayah Kecamatan Plaju, Kota Palembang ini mendapat penghargaan Indonesia Green Awards atas komitmen penyelamatan sumber daya air berbasis pemberdayaan masyarakat,” kata Rachmi.

Menurutnya, komitmen penyelamatan sumber daya air berbasis pemberdayaan masyarakat yang dijalankan Kilang Pertamina Plaju kian diakui sebagai langkah inisiatif yang mendukung agenda keberlanjutan bisnis.

“Melalui program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) Musiparian dan Eceng gondok Research & Creative Center (ERCC), Kilang Pertamina Plaju memberdayakan pemuda setempat untuk mengolah eceng gondok menjadi produk bernilai ekonomi,” paparnya.

Sementara pemuda Kecamatan Plaju yang tergabung dalam kelompok Ankubas, dengan dukungan dari perusahaan melalui program Musiparian, terus berinovasi memproduksi berbagai barang berguna (utilities) seperti bantal, pengharum ruangan, hingga penyerap minyak (oil absorbent).

“Atas inisiatif tersebut, Kilang Pertamina Plaju meraih penghargaan IGA dalam kategori penyelamatan sumber daya air,” ucap Rachmi.

Lebih jauh ia mengatakan, program bertajuk Musiparian & ERCC itu menjadi sorotan karena berhasil memberi solusi terhadap ledakan populasi eceng gondok di Sungai Musi dan Sungai Komering, sekaligus menciptakan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat.

“Program Musiparian hadir untuk menangani permasalahan serius yang ditimbulkan oleh peningkatan populasi eceng gondok di Sungai Musi, anak sungai, dan perairan sekitar,” ujarnya.

Peningkatan populasi eceng gondok, kata dia, terjadi akibat proses eutrofikasi, yang dipicu oleh tingginya kandungan zat hara seperti fosfat dan nitrogen dari limbah domestik serta limpasan aktivitas pertanian.

“Pertumbuhan masif eceng gondok tidak hanya menutupi permukaan air, tetapi juga menyebabkan penurunan kadar oksigen, mengganggu keseimbangan ekosistem, dan menurunkan kualitas air yang menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari,” tutup Rachmi.(Red)