Jakarta, ruangenergi.com– Sebagai perusahaan publik terbuka di bidang energi dengan fokus pada eksplorasi dan produksi minyak bumi dan gas, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEI/MEDC), pada awal November ini telah merilis kinerja perseroan sepanjang sembilan bulan, di tahun 2023
Hilmi Panigoro sebagai Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk, menyampaikan rasa senang atas kinerja operasional dan keuangan perusahaan yang dipimpinnya itu.
“Saya merasa senang dengan kinerja operasional dan keuangan Perseroan. Penerbitan obligasi terbaru dan dukungan investor yang kuat menunjukkan keberhasilan Perseroan dalam memenuhi komitmen dan rencana deleveraging secara konsisten. Dengan membaiknya harga komoditas dan permintaan energi, kami berharap dapat terus melanjutkan pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Hilmi dalam keterangan pers Medco yang diterima ruangenergi.com, Rabu (01/11/2023) di Jakarta.
Roberto Lorato, Direktur and Chief Executive Officer MEI, menyampaikan dividen sebesar Rp15 per saham akan dibayarkan sebagai dividen interim tahun buku 2023.
Tidak hanya itu saja, Lorato beberkan juga laba bersih MEI pada sembilan bulan 2023 raup US$242 juta, dan EBITDA US$941 juta.Ini terjadi akibat penurunan harga minyak dan gas serta berkurangnya kontribusi Amman Mineral Internasional (AMMN).
“Produksi minyak & gas tetap stabil dari tahun ke tahun sebesar 161 mboepd. Harga minyak mencapai rata-rata US$77/bbl selama sembilan bulan pertama 2023, turun US$24,1/bbl dari US$101,1/bbl pada periode yang sama tahun 2022. Harga minyak pada Q3 2023 pulih menjadi US$80/bbl. Bagian laba bersih MedcoEnergi dari AMMN adalah AS$13 juta, turun sebesar AS$159 juta dibandingkan tahun lalu,” ungkap Lorato.
Lorato menuturkan, laporan cadangan baru di Natuna dan Corridor memperpanjang umur cadangan terbukti dan terduga MedcoEnergi menjadi 9,7 tahun.
Medco juga sampaikan belanja modal sebesar US$210 juta, terutama untuk pengembangan Natuna, Corridor dan Ijen.Utang konsolidasi US$2,9 miliar turun sebesar 12% dibandingkan tahun sebelumnya, Utang Restricted Group sebesar US$2,5 miliar atau turun sebesar 14% tahun ke tahun.
“Kas dan setara kas berjumlah US$666 juta dengan Utang Bersih US$2,2 miliar dan Rasio Utang Bersih terhadap EBITDA sebesar 1,6x. Pada Q4 2023, tender offer membeli kembali Surat Utang Dolar AS 2025 – 2028 senilai US$425 juta dan menerbitkan Surat Utang Dolar AS 2029 senilai US$500 juta untuk pembiayaan kembali,” tegas Lorato.
Untuk ketenagalistrikan, Lorato menyampaikan bahwa Medco Power menghasilkan penjualan sebesar 3.079 GWh, dimana 20% berasal dari sumber energi terbarukan. Penjualan meningkat 5%, dibandingkan tahun lalu, berkat kontribusi IPP berbahan bakar gas di Riau sebesar 275MW dan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya di Sumbawa sebesar 26 MWp.
“Realisasi harga listrik rata-rata adalah US¢ 3,7/kwh diluar biaya bahan bakar atau naik 2,8% dibandingkan tahun lalu. Belanja modal ketenagalistrikan sebesar AS$55 juta, terutama untuk menyelesaikan pengembangan pembangkit listrik geotermal Ijen 34MW yang dijadwalkan selesai pada Desember 2024. Menandatangani kemitraan baru dengan MOECO untuk mengevaluasi aset Geotermal Bonjol,”kata Lorato.
Tentang Amman Mineral Internasional, Lorato membeberkan perusahaan itu berhasi membukukan biaya kepatuhan yang lebih tinggi karena tertundanya penerbitan izin ekspor, kenaikan bea ekspor dan mulai dikenakannya (accruing) Penerimaan Negara Bukan Pajak.
“Produksi tembaga sebesar 199Mlbs, dan produksi emas sebesar 259Koz. Realisasi harga rata-rata tembaga adalah US$4,0/lbs. Pembangunan smelter berjalan sesuai jadwal, diperkirakan akan mencapai progres lebih dari 70% pada akhir tahun,”ungkap Lorato.
Fokus ESG
Dalam catatan ruangenergi.com,Manager of Capital Market MedcoEnergi Ridho Wahyudi mengatakan, sebagai salah satu perusahaan energi utama di Indonesia, Medco Energi berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan energi negara dan mendukung perkembangan industri energi di tingkat lokal dan internasional.
“Kami akan tetap fokus pada peningkatan ESG dengan target terukur sesuai strategi perubahan iklim kami dan memperluas portofolio energi terbarukan demi mencapai Net Zero Emissions untuk Cakupan 1 dan 2 pada 2050 dan Cakupan 3 pada 2060,” kata Ridho Wahyudi pada sesi presentasi kepada media dalam the 47th Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition 2023 di ICE BSD, Selasa (25/07/2023) di Jakarta.
Ridho, dihadapan awak media yang hadir memenuhi booth Medco di area konvensi dan eksebisi IPA di ICE BSD, menjelaskan bahwa upaya dan komitmen Perseroan dalam membangun bisnis dengan pertumbuhan berkelanjutan, bertujuan untuk memberikan nilai dan imbal hasil jangka panjang bagi para pemegang saham dan juga berkontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi.
MedcoEnergi,lanjut Ridha, terus melakukan pengembangan usaha dengan fokus terhadap tiga segmen bisnis utama Perseroan yaitu minyak dan gas, ketenagalistrikan yang bersih dan berkelanjutan serta pertambangan tembaga dan emas.
Bagi pria yang menjabat sebagai Manager of Capital Market, menjelaskan dengan gamblang betapa Medco terus melanjutkan proyek-proyek utama, yaitu lapangan Forel dan Bronang di PSC South Natuna Sea Block B, lapangan Suban di PSC Corridor dan pengembangan fase 2 PSC Senoro-Toili.
Pengembangan-pengembangan baru tersebut juga didukung dengan perpanjangan kontrak jual beli gas di Blok Natuna dan Blok Corridor yang memperpanjang umur cadangan (reserve life) dan keberlanjutan dari blok-blok tersebut.
Tak lupa Ridha menuturkan kiprah Perseroan di ketenagalistrikan. Melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia, Perseroan berkomitmen untuk menyediakan energi bersih dan terbarukan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas, geothermal, surya dan mini hidro.
Setelah sukses merampungkan proyek PLTGU Riau 275 MW dan PLTS Sumbawa 26MWp pada tahun 2022, Perseroan melanjutkan pengembangan proyek geothermal 34 MW fase 1 di Blawan-Ijen, Jawa Timur dan pengembangan PLTS 2×25 MWp di Bali sehingga ditargetkan kapasitas terpasang dari energi terbarukan mencapai 26% di tahun 2025 dan 30% di tahun 2030.
Ridha menuturkan, di bidang pertambangan tembaga dan emas, melalui Amman Mineral Nusa Tenggara Perseroan juga berkomitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dengan mengonversi energi dari pembangkit listrik tenaga batubara 112 MW dan diesel 45 MW menjadi PLTGU berkapasitas 450 MW dengan terminal penyimpanan dan regasifikasi LNG di Teluk Benete.
Kapasitas sebesar itu didukung PLTS Sumbawa 26 MWp akan dipakai untuk mendukung kegiatan pertambangan yang nantinya akan meningkat dengan dioperasikannya smelter dan perluasan pabrik konsentrator.
Pilot Project CCS
Masih dalam catatan ruangenergi.com, Firman Dharmawan, Senior Manager Corporate Sustainibility & Risk Management Medco Energi bercerita bahwa PT Medco Energi Internasional Tbk sangat berkomitmen pada pilot project carbon capture and storage (CCS) Hulu pada tahun 2025 mendatang.
Medco akan mengadopsi sumber energi terbarukan, hydrogen, dan memperluas penangkapan natural karbon, berkolaborasi pada rantai pasok dan nilai untuk meningkatkan efisiensi, mengungkap emisi cakupan 3 dan menetapkan target interim pada tahun 2025.
“Ini KPI dan Target Interim Medco dimana memperluas fokus pada pengurangan flaring, venting dan emisi fugutive, menghilangkan routine flaring pada tahun 2030 atau lebih cepat. Memperluas portofolio terbarukan dengan peningkatan alokasi modal, menciptkan kemitraan strategis untuk menjajaki peluang bisnis CCS,” kata Firman saat ditemui pada acara IPA Convex 2022 di JCC Senayan, Rabu (21/9/2022), di Jakarta.
Medco,lanjut Firman, berinisiatif melakukan studi kelayakan Proyek CCS di Arung Nowera dan Corridor. Melakukan penggantian pembangkit listrik sendiri menjadi pembelian listrik dari PLN di Rimau,Sumatera Selatan, Bangkanai,Corridor dan Oman.
“Program pengurangan flaring di Block A, Corridor dan Block B. Penerapan teknologi pengukuran langsung untuk emisi metana di Block A, Block B dan Corridor. Penggantian gas nitrogen yang digunakan untuk pasokan pneumatik dengan air compressor elektrik di Jawa Timur. Ini untuk menghindari emisi dari transportasi gas nitrogen ke platform lepas pantai,” ucap Firman dalam presentasi slide nya.
Medco,ungkap Firman lagi, akan melakukan pemasangan panel surya di Jawa Timur, Matak Shorebase, Block B, Corridor,Sumatera Selatan, Block A, Rimau, Lematang, MPI Mitra Energi Batam dan Dalle Energi Batam, Kantor Nimr, Oman,dan Sattahip Warehouse Thailand.
“Termasuk optimalisasi proses di Tarakan dan pemanfaatan gas flash amine sebagai bahan bakar gas di Corridor,” jelas Firman lagi.
Pada sesi presentasi wartawan di The 46th IPA CONVEX 2022 di Jakarta, Firman Dharmawan, menyampaikan bahwa, kerangka keberlanjutan MEDC memberikan landasan bagi strategi perubahan iklim dan aspirasi emisi net zero perseroan.
MedcoEnergi berkomitmen mencapai emisi Net Zero Scope 1 dan 2 pada 2050 dan Scope 3 pada 2060, serta baru-baru ini menerbitkan target interim untuk 2025 dan 2030.
“Kami akan tetap fokus pada peningkatan ESG dengan target yang terukur dalam Strategi Perubahan Iklim dan Transisi Energi. Strategi ini dikembangkan melalui proses multi tahun untuk membangun pemahaman internal dan infrastruktur yang diperlukan dalam mengelola risiko Perubahan Iklim,” pungkas Firman.