Karawang, Jawa Barat, ruangenergi.com- Perjuangan kakak beradik, Suhaeri dan Sahari, keduanya nelayan di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat, sudah sepatunya mendapatkan penghargaan Kalpataru tahun 2025 oleh Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Hanif Faisol Nurofiq.
Setidaknya, kakak-beradik itu patut diperhitungkan untuk bisa mendapatkan Piala Kalpataru kategori Perintis Lingkungan Hidup.
Piala Kalpataru adalah penghargaan lingkungan hidup yang dierikan oleh pemerintah Indonesia kepada individu atau kelompok yang berkontribusi besar dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.
Perjuangan Suhaeri, Ketua Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) Pasir Putih, dan Sahari, Ketua Kelompok Masyarakat Sadar Wisata (Poksmaswas) Sukajaya sukses membenahi pantai Pasir Putih yang kerap terkena abrasi laut. Imbasnya, dusun tempat mereka tinggal sebelum tahun 2018, sering diterjang ombak laut, menenggelamkan halaman dan jalan desa.
Air laut yang masuk sampai dalam rumah setinggi 10-15 cm merupakan pemandangan biasa. Banjir rob datang tanpa aba-aba. Kadang setiap tiga bulan, kadang setiap dua minggu. Ratusan masyarakat Pasir Putih kerap mengungsi ke tempat lebih tinggi atau ke kerabat yang rumahnya jauh dari pesisir.
Menurut Climate Center, sebuah organisasi nirlaba internasional yang menganalisa isu perubahan iklim, sejumlah wilayah di pesisir pantai utara Jawa Barat diprediksi akan tenggelam dalam 8 tahun ke depan, tepatnya pada 2030. Wilayah yang berpotensi tenggelam meliputi Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Tenggelamnya pesisir utara Jawa ini dipicu oleh kenaikan permukaan air laut dan abrasi yang menggerus daratan.
Suhaeri, pria kelahiran 1969, bercerita dirinya pada tahun 2016 sudah mulai memikirkan bagaimana caranya mencegah abrasi laut. Setiap ombak menerpa rumahnya yang berada di bibir pantai, dia mulai membentengi rumahnya dengan ban bekas diikat dengan bambu dengan tujuan bisa mencegah ombak hajar rumahnya.
Sehabis ombak melalui rumahnya, menyisakan sedimen pasir laut. Nah pasir laut itu diratakan dengan menggunakan cangkul. Pasir agar tidak buyar dimakan ombak, Suhaeri mencegahnya dengan menumpuk ban-ban bekas yang diikat ke bambu yang dia tancapkan di bibir pantai.
“Semula saya dan adik saya dianggap ‘gila’ karena mencangkul pasir laut dan menumpuknya dengan memakai ban-ban bekas yang saya susun, diikat bambu. Namun alhamdulilah kini hasilnya sudah ada. Kampung saya sudah tidak lagi dihajar ombak,” kata Suhaeri dalam bincang santai bersama ruangenergi.com langsung, Jumat (25/10/2024), di Pasir Putih, Karawang, Jawa Barat.
Gayung bersambut, kakak-beradik Suhaeri dan Sahari, tiba-tiba didatangi petugas CSR dari PHE ONWJ yang menawarkan program bantuan berupa inovasi penanggulangan abrasi dengan “Appostraps”, singkatan dari Alat Pemecah, Peredam Ombak, dan Sedimen Traps.
Inovasi pemanfaatan ban bekas sebagai bahan Appostraps ini terbukti efektif mengatasi abrasi dan membentuk sedimentasi wilayah pesisir di tiga kabupaten di Jawa Baratl, mencakup Karawang, Subang dan Indramayu.
Dibuat dari ban bekas, Appostraps mudah dirakit dan diduplikasi, serta memiliki biaya pemasangan yang jauh lebih murah dibanding materi alat penahan abrasi lainnya, seperti geobag atau tanggul beton. Selain itu, Appostraps telah memperoleh hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Jam Pasir
Kawasan ekowisata Pasir Putih adalah bagian dari program CSR PHE ONWJ “Jam Pasir (Jaga Alam Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir)”.
Di lokasi tersebut, program Appostraps berhasil memulihkan lahan seluas 3,62 hektar yang hilang akibat abrasi dan mengembalikan garis pantai sejauh 400 meter.
Sejak 2017, program pemberdayaan masyarakat PHE ONWJ mulai menyasar ke Pasir Putih, dimulai dengan penanaman 30 ribu bibit mangrove. Penanaman ini melibatkan masyarakat Pasir Putih yang tergabung dalam Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Sukajaya.
Sahari, adik dari Suhaeri itu, merupakan salah satu pendiri kelompok ini. Lalu di tahun yang sama, PHE ONWJ melanjutkan kolaborasi dengan KKPMP Desa Sukajaya menggulirkan program pemasangan Appostraps.
Suhaeri dan Sahari hingga kini menjadi tokoh penting dibalik kesuksesan dusun-dusun di sekitar Pantai Pasir Putih, Karawang terbebas dari abrasi air laut yang dulu dianggap momok menakutkan, kini sudah tidak lagi.
Kawasan Pasir Putih kini tertata rapih dengan tenda terbuat dari kayu dan dilapisi jaring paranet untuk menahan panas matahari. Sahari bercerita, banyak wisatawan kini kerap mendatangi Pasir Putih dari luar Karawang, seperti dari Sulawesi bahkan ada rombongan dari Kalimantan Timur sengaja datang ke sana, berwisata.
“Ini besok (Sabtu,26/10/2024) ada yang sudah sewa tempat di sini bawa penyanyi dangdut dan peralatannya untuk acara reunian. Mereka mau menikmati suasana Pantai Pasir Putih sembari berdangdutan..he..heheh..” ucap Sahari terkekeh-kekeh.
Kini, masyarakat yang bermukim di Pasir Putih Karawang, bersama warga di Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, serta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, bisa menghembuskan nafas lega. Bersenjatakan ban bekas mereka mampu melawan ancaman abrasi.