Bogor, Jawa Barat, ruangenergi.com-Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengucapkan terima kasih ke semua pihak yang terlibat dan menegaskan komitmen SKK Migas untuk mendukung sepenuhnya eksekusi Proyek LNG Abadi.
Dwi menggarisbawahi bahwa monitoring jadwal, pengendalian biaya, dan memastikan daya saing vendor merupakan aspek-aspek krusial yang sangat penting guna menjamin efisiensi penggunaan anggaran proyek.
“SKK Migas tidak hanya akan berperan sebagai pengawas, melainkan akan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan proyek setelah Final Investment Decision (FID). Kami akan menjaga kualitas dan integritas proyek ini, sekaligus memastikan bahwa semua tahapan pengembangan Proyek LNG Abadi berjalan sesuai rencana,” kata Dwi,Rabu (07/02/2024), di Bogor.
Dwi juga menegaskan pentingnya Proyek LNG Abadi dalam konteks transisi energi di Indonesia serta mencapai target produksi gas sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030.
“Kami minta semua pihak yang terlibat untuk memfokuskan upaya dan melaksanakan tugas dengan penuh komitmen guna memastikan proyek ini dapat mencapai tahap onstream sesuai jadwal yang ditetapkan, yakni pada kuartal IV 2029,” lanjutnya.
Dalam catatan ruangenergi.com, pemerintah telah menyetujui revisi rencana pengembangan Blok Masela pada November lalu. Setelah ini, SKK Migas akan mendorong Inpex dan anggota konsorsium lainnya mengebut seluruh proses supaya bisa segera on stream di 2029.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan pada 28 November 2023 lalu pihaknya sudah menyetujui revisi kedua rencana pengembangan atau plan of development (PoD) Blok Masela.
“Pengembangan Blok Masela membutuhkan investasi sekitar US$ 19,8 miliar, estimasi ini ditambah dengan fasilitas carbon capture (CCS). Revisi kedua PoD 1 sudah disetujui dan target on stream akhir 2029,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (30/11/2023).
Dwi menjelaskan lebih lanjut, gambaran produksi dari Blok Masela masih sama seperti sebelumnya. Lapangan gas tersebut akan memproduksi 9,5 juta ton LNG pertahun, 150 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) untuk gas pipa untuk dialirkan ke industri petrokimia atau pupuk di wilayah sekitar. Kemudian 35.000 barel kondensat per hari.