Laba bersih PGEO Meningkat? Baca Deh

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com-Sebagai pemain panas bumi yang baru menikmati lantai bursa, ternyata PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) sukses meraup uang US$127,3 juta dari laba bersih tahun 2022.

Laba ini naik signifikan dari pencapaian tahun 2021 sebesar US$85 juta. Sudah begitu, sebagai anak bawang di lantai bursa, sepanjang 2022 perusahaan panas bumi plat merah ini mencatat peningkatan pendapatan operasional sebesar 4,7 persen year-on-year (yoy) yang berkontribusi pada kenaikan revenue sebesar USD17 juta.

Salah satu faktor peningkatan tersebut berasal dari meningkatnya harga jual
uap dan listrik yang mengacu pada US Producer Price Index (PPI) dan Consumer Price
Index (CPI).

Emiten anak usaha Pertamina yang bergerak dalam sektor panas bumi,yang dipimpin  Ahmad Yuniarto yang juga dikenal sebagai mantan CEO Schlumberger Indonesia, mencatat kinerja positif pada 2022.

Kinerja positif ini dapat dicapai berkat program efisiensi, penjualan uap, listrik, dan pendapatan lain-lain yang berkontribusi pada naiknya laba bersih perusahaan sebesar 49,7 persen dibanding tahun 2021.

Kenaikan laba ini tercatat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit
(audited) dan disampaikan ke publik pada 30 Maret 2023.

Selain itu, kenaikan laba ini didukung beban operasional perusahaan yang
turun signifikan sebagai hasil dari program efisiensi yang dijalankan oleh perusahaan.

Dari sisi pendapatan lain-lain, PGE juga membukukan penjualan carbon credit sebagai
new revenue generator.

Lumut Balai Unit 2

Sebagai bagian dari upaya PGE untuk meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 600
MW pada tahun 2027, saat ini PGE sedang membangun PLTP Lumut Balai Unit 2
dengan kapasitas sebesar 55 MW yang direncanakan akan beroperasi secara
komersial (Commercial Operation Date) pada akhir 2024.

Selain itu, PGE sudah menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED) untuk fasilitas Fluid Collection and Reinjection System (FCRS). Tahap ini merupakan bagian dari proyek
pembangunan PLTP Hulu Lais Unit 1 dan 2 dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 55
MW yang diharapkan beroperasi secara komersial (Comercial Operation Date) pada
tahun 2026.

Optimal Aset

Kedepannya PGE akan fokus mengoptimalkan aset panas bumi yang sudah
dimiliki. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui metode
co-generation technology dengan memanfaatkan air panas (brine) yang ada untuk
membangkitkan tenaga listrik.

Teknologi co-generation sudah diimplementasikan pada PLTP Lahendong dengan memanfaatkan brine sisa produksi uap sebesar 700 KW.

Dari sisi ESG, di tahun 2022 PGE berhasil mendapatkan ESG Rating 2 dari Sustainable
Fitch. Rating ini mengindikasikan PGE berada dalam kategori good performance dari
sisi pengelolaan ESG.

Adapun inisiatif ESG yang dilakukan oleh PGE di tahun 2022 berasal dari beberapa program yang antara lain: pemanfaatan teknologi co-generation (brine to power) di area Lahendong, pengurangan emisi dan penjualan carbon credit, program keanekaragaman hayati, manajemen keselamatan kerja, CSR, ERM, cyber security, dan penerapan sistem manajemen anti penyuapan (SMAP).