Jakarta,ruangenergi.com– Direktur Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Lana Saria memastikan tidak ada satupun dari perusahaan batubara mengajukan keadaan kahar (Force Majeure) akibat buruknya cuaca dan tingkat curah hujan tinggi yang bisa menyebabkan tambang batubara tidak berproduksi dan mengirim batubara ke pembeli (buyers).
Walau begitu, pihak Ditjen Minerba memantau terus keadaan di lapangan mengingat cuaca buruk dan tingginya curah hujan yang bisa menyebabkan gangguan produksi maupun pengiriman batubara.
“Sampai saat ini tidak ada (perusahaan/tambang) yang menyatakan force majeur,” kata Lana kepada ruangenergi.com,Selasa (27/12/2022) di Jakarta.
Dalam catatan ruangenergi.com,Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin mengeluarkan peringatan dini gelombang perairan selatan Kalimantan.
Gelombang di perairan selatan Kalimantan itu mencapai enam meter sehingga membahayakan bagi aktivitas pelayaran.
“Sepekan kedepan diprakirakan gelombang masih tinggi, baik di perairan Kotabaru maupun laut Jawa yang mencakup perairan selatan Kalimantan,” kata Prakirawan Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin, Adhitya Prakoso di Banjarbaru, Minggu (25/12/2022).
Menurut Adithya, cuaca ekstrem dipicu sejumlah faktor antara lain bulan Desember yang termasuk puncak musim hujan yang anginnya didominasi berhembus dari Asia ke Australia. Angin yang berhembus dengan arah yang konstan dan kecepatan tinggi dapat memicu terbentukanya gelombang tinggi.
Pada Desember ini juga merupakan musim hujan, sehingga awan-awan penghujan khususnya awan CB yang tumbuh di wilayah perairan seperti di Laut Jawa selain dapat mengakibatkan hujan lebat, angin kencang, dan petir juga memicu peningkatan ketinggian gelombang dalam skala lokal.
“Saat ini juga ada pengaruh dari siklon ellie yang mengakibatkan kondisi cuaca buruk dan gelombang tinggi pada beberapa wilayah di Indonesia,” kata Adhitya.