Lebih dari Angka: Inilah Arti Kenaikan Lifting Migas bagi Indonesia !

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-Di tengah riuh perayaan Hari Pertambangan dan Energi ke-80, sebuah optimisme baru bersemi dari sektor hulu minyak dan gas (migas) Indonesia. Bukan sekadar perayaan seremonial, momentum ini menjadi cermin dari kerja keras selama setahun terakhir yang mulai menunjukkan hasil nyata.

Tagar #SetahunBerdampak bukan lagi slogan, melainkan potret capaian konkret yang menegaskan kembali peran vital hulu migas bagi Indonesia.

Kabar baik itu datang dari data kinerja fundamental: tren peningkatan produksi siap jual atau yang lebih dikenal dengan istilah lifting. Setelah melalui periode yang penuh tantangan dengan dinamika harga minyak global dan kondisi lapangan-lapangan yang menua, angka #LiftingNaik menjadi bukti bahwa berbagai upaya strategis pemerintah bersama para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) mulai membuahkan hasil.

Sekjen Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto

“Ini adalah buah dari kerja kolektif. Pengeboran yang lebih masif, Kerja Ulang ( work over) ; well service ( perawatan sumur); stimulasi sumur ; Perekahan reservoar; penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) yang dipercepat, eksplorasi yang menemukan migas; serta efisiensi operasional menjadi kunci di balik tren positif ini,” ucap Kepala SKK Migas Djoko Siswanto bercerita kepada ruangenergi.com, Jumat (10/10/2025).

Disamping itu dorongan / dukungan dari Pimpinan Negara , Menteri yang tegas serta cepat membuat keputusan untuk fokus pada pencapaian target membakar motivasi tim untuk bekerja lebih semangat dalam mencari dan memecahkan berbagai tantangan yang sulit.

Dukungan penuh tidak hanya datang dari dalam tetapi juga dari berbagai kementrian dan lembaga.

Tidak kalah penting, lanjut Djoko, adalah pengeloaan Sumber Daya Manusianya yaitu dalam hal pemilihan dan penempatan pegawai serta pembinaan untuk meningkatkan capabilitas menjadi berkontribusi nyata dalam mencapai target lifting minyak , kekompakan dan intigritas tim dalam merubah mindset juga merupakan aspek fundamental dalam pencapaian target produksi.

Menurutnya, kenaikan lifting memiliki efek domino yang sangat signifikan. Di satu sisi, ini adalah fondasi utama untuk mewujudkan #MigasUntukKetahananEnergi. Setiap barel minyak dan juta kaki kubik gas yang diproduksi di dalam negeri berarti mengurangi ketergantungan pada impor yang fluktuatif dan mahal.

“Ketika kita bicara ketahanan energi, kita bicara soal kedaulatan. Kemampuan memenuhi kebutuhan energi dari sumber domestik adalah tameng utama kita dari gejolak geopolitik global. Apa yang dicapai sektor hulu migas setahun ini adalah langkah penting untuk memperkokoh tameng tersebut,” tambah Djoko.

Capaian Lifting

Dalam catatan ruangenergi.com, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa realisasi lifting minyak nasional per Rabu (30/7/2025) telah mencapai 608.000 barrel per hari (bph). Angka ini melampaui target yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 605.000 bph.

“Hari ini saya baru keluar dari kantor, saya lihat di layar monitor yang online, sudah mencapai 608.000 barrel hari ini lifting kita,” ujar Bahlil di sela acara Energi Mineral Festival di Jakarta, Rabu.

Bahlil yang pernah juga duduk di kursi Menteri Investasi dan BKPM, mencoba menjelaskan bahwa capaian 608.000 bph tersebut belum merupakan angka akumulatif bulanan untuk Juli 2025. Namun demikian, ia menyebut capaian harian itu sebagai kemajuan penting dalam upaya pemerintah mengejar target produksi migas.

“Ini pertama kali kita mencapai target lifting dalam APBN. Saya mohon dukungan untuk lifting kita (pada 2025) bisa mencapai sesuai target APBN,” ucap Bahlil dengan semangat waktu itu.

Bahlil juga menyoroti sejumlah tantangan yang menghambat pencapaian target lifting secara konsisten, termasuk dominasi sumur-sumur tua yang mengalami penurunan produksi, serta keberadaan 4.495 sumur migas yang tidak beroperasi (idle well).

Selain itu, ia menegaskan bahwa investasi di sektor hulu migas memerlukan modal besar dan menghadapi risiko tinggi. “Tetapi, kalau kita melihat dari upaya yang kita lakukan dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama), dengan teman-teman pengusaha, rasanya ada secercah harapan untuk kita menuju perbaikan lifting dan mencapai target,” kata Bahlil.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto berharap Desember 2025 mendatang, target lifting minyak sebesar 605 ribu bph yang ditetapkan dalam APBN dapat tercapai.

“Kami tetap berharap pada Desember nanti target lifting minyak sebesar 605 ribu bph yang ditetapkan dalam APBN dapat kita capai,” ujar Djoko tempo hari, dalam catatan ruangenergi.com.