Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan realisasi kapasitas pembangkit listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga tahun 2020 mencapai 10.467 Megawatt (MW).
Dalam konferensi pers secara virtual, capaian sektor EBT, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan, dari jumlah tersebut, terdapat tambahan dari pembangkit listrik EBT lainnya, yakni, PLTA Poso sebesar 66 MW; PLTBm Merauke sebesar 3,5 MW; PLTM Sion sebesar 12,1 MW, dan PLTS Atap sebesar 13,4 MW.
“Capaian ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2019 realisasi kapasitas pembangkit listrik EBT mencapai 10.291 MW. Untuk tahun 2021, ditargetkan kapasitas pembangkit EBT meningkat menjadi 11.373 MW,” ungkap Dadan, (14/01).
Selain itu, kata Dadan, meski saat ini Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) tengah menjari pandemi di dunia, akan tetapi Pemerintah tetap berupaya menjaga investasi di subsektor EBTKE.
Pemerintah terus berupaya meningkatkan investasi EBT tengah tantangan ekonomi global dalam situasi Pandemi Covid-19 guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja nasional.
“Prognosa realisasi investasi subsektor EBTKE tahun 2020 sebesar US$ 1,36 Miliar yang didominasi investasi di bidang panas bumi dari target total sebesar US$ 2,02 Miliar. Untuk tahun 2021, investasi subsektor EBTKE ditargetkan sebesar US$ 2,05 Miliar,” paparnya.
Diungkapkan olehnya, meski di tengah pandemi Covid-19, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) subsektor EBTKE bidang panas bumi tahun 2020 mencatatkan realisasi sebesar Rp1.964,22 Miliar atau sekitar 146% dari target sebesar Rp.1.342 Miliar. PNBP panas bumi ditargetkan meningkat hingga Rp1.438 Miliar.
Ia menjelaskan, Pemerintah terus meningkatkan pemanfaatan biodiesel guna mengurangi impor dan menghemat devisa. Melalui program mandatori biodiesel 30% (B30) yang telah diluncurkan sejak Januari 2020. Prognosa realisasi pemanfaatan biodiesel untuk domestik mencapai 8,46 juta kL.
Capaian ini berkontribusi pada penghematan devisa sebesar Rp 38,31 triliun atau sekitar US$ 2,66 Miliar. Pemanfaatan biodiesel domestik pada tahun 2021 ditargetkan mencapai 9,20 juta kL.
“Perhitungan menggunakan rata-rata MOPS Solar 2020 sebesar 50 US$/BBL dan Kurs Rp14.000 per US$,” tuturnya.
Terjadi penurunan penyerapan biodiesel pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 sebesar 12% dari alokasi yang ditetapkan, seiring dengan penurunan konsumsi solar.
“Realisasi penyerapan biodiesel pada tahun 2020 mencapai 8,40 juta kL dari alokasi yang ditetapkan sebesar 9,55 juta kL,” imbuhnya.
Sementara itu, dibandingkan dengan target purchase order (PO), realisasi penyerapan biodiesel tahun 2020 mencapai 90,08% dari target PO sebesar 9,33 juta kL.
Tak hanya itu, Pemerintah juga menetapkan intervensi kebijakan untuk menggenjot capaian konservasi energi periode tahun 2020 sampai dengan tahun 2021. Pada tahun 2020, penghematan energi hingga bulan Desember 2020 mencapai 5,7% (data sementara) terhadap Business as Usual (BaU) konsumsi energi.
“Total penghematan dari sektor rumah tangga, transportasi, industri dan bangunan gedung/komersil mencapai sekitar 56,6 juta (SBM). Untuk tahun 2021, total penghematan dari berbagai sektor meningkat menjadi 63,3 juta (SBM) pada semua sektor, BaU konsumsi energi diproyeksikan meningkat menjadi 1.037 juta (SBM) dan persentase penghematan terhadap BaU ditargetkan
meningkat hingga 6,1%,” jelasnya.
Selain itu, upaya Pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca (CO2) menorehkan catatan manis sebesar 64,4 juta Ton CO2 dari target 58,0 juta Ton CO2, yang dicapai melalui pemanfaatan EBT 53%, penerapan efisiensi energi 20%, penggunaan bahan bakar fosil rendah karbon 13%, pemanfaatan teknologi pembangkit bersih 9% dan kegiatan reklamasi pasca tambang 4%.
“Capaian penurunan emisi GRK sektor ESDM ini merupakan wujud komitmen nasional dalam penurunan emisi sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to UNFCCC dan Perpres No 61 Tahun 2011 tentang RAN-GRK. Penurunan emisi GRK sektor ESDM ditargetkan meningkat sebesar 67,0 juta Ton CO2 pada tahun 2021,” tandasnya.