SKK Migas

Lebih Tinggi dari Target, Setoran Hulu Migas Capai Rp 78,2 Triliun

Jakarta, Ruangenergi.com Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, sektor hulu migas berhasil memberikan kontribusi ke negara yang lebih tinggi dari target, yakni sebesar US$5,5 Miliar (atau setara Rp 78,2 Triliun).

Pasalnya, Sekretaris SKK Migas, Taslim Yunus, mengatakan, kontribusi tersebut berhasil diberikan oleh hulu migas di tengah kondisi pandemi dan ekonomi yang belum membaik serta menurunnya investasi.

Menurutnya, penerimaan ini adalah 76,2% dari target penerimaan yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar US$7,28 Miliar,

Ia menambahkan, guna menjaga penerimaan negara tetap maksimal, SKK Migas meminta agar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) segera meningkatkan investasi, memanfaatkan harga minyak yang naik seperti saat ini.

Selain itu, lanjutnya, SKK Migas juga mengharapkan insentif hulu migas segera diberikan, sehingga momentum yang baik untuk meningkatan investasi ini dapat dimaksimalkan.

“Kita bersyukur karena harga minyak saat ini semakin meningkat, saat ini sekitar US$73 per barel, dan Indonesia Crude Price (ICP) sekitar US$68 per barel. Kami berharap harga yang tinggi ini bisa mendorong KKKS meningkatkan kegiatan investasinya, antara lain dengan segera merealisasikan proyek-proyek yang sebelumnya ditinggalkan karena memiliki keekonomian pada harga US$50 atau US$60 per barel,” ungkap Taslim Yunus.

Dirinya berharap, peningkatan kegiatan minimal akan tercermin dalam pembahasan-pembahasan Work, Program and Budget (WP&B) yang akan segera dilakukan SKK Migas dengan KKKS pada bulan Juli hingga September 2021.

“Pak Kepala (Dwi Soetjipto) sudah memberi arahan, kami akan segera mengirimkan surat edaran kepada KKKS agar mereka segera meningkatkan investasi pada tahun 2022. Syukur kalau kegiatan bisa ditingkatkan mulai tahun 2021 ini,” imbuhnya.

Untuk itu, agar momentum ini menghasilkan peningkatan investasi yang maksimal, pihaknya berharap agar permohonan insentif hulu migas juga disetujui pemerintah, sehingga momentum yang baik ini akan semakin dimaksimalkan. Permohonan ini tetap dibutuhkan kendati harga minyak meningkat, karena insentif dibutuhkan lebih kepada usaha-usaha meningkat iklim investasi migas yg lebih menarik dan kompetitif.

Sebagai informasi, per Mei 2021, lifting minyak sebesar 662.6 ribu bopd atau 94% dari target APBN, sedang lifting gas sebesar 5,379 MMSCFD atau 95,4% dari target APBN.

Untuk itu, dibutuhkan tambahan investasi yang cukup besar untuk mendorong investasi meningkat dan membuat lifting minimal sama dengan tahun 2021. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tahun 2020 menurunkan realisasi investasi di sektor hulu migas di seluruh dunia, sekitar 30%.

Tantangan investasi hulu migas semakin meningkat karena adanya kampanye dunia untuk mengalihkan investasi ke sektor energi terbarukan. Tantangan serupa juga terjadi di Indonesia. Per Mei 2021, capaian realisasi investasi mencapai US$ 3,93 miliar atau sekitar 31,7% dari target.

“Dengan membaiknya harga minyak, kami berharap situasi membaik karena dari sisi potensi, Indonesia masih menjanjikan. Sebagai bukti, kita masih menyaksikan temuan yang cukup menggembirakan di pemboran sumur Maha di Perairan Makasar, juga adanya temuan tambahan cadangan di Lapangan Banyu Urip yang dobel dari perkiraan sebelumnya. Semoga usaha bersama ini dapat meningkatkan kegiatan produksi di tanah air,” tutup Taslim.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *